Wako Pariaman Minta Pendidik Tekankan Pembelajaran Etika dan Moral

id Pendidikan Moral dan etika

Wako Pariaman Minta Pendidik Tekankan Pembelajaran Etika dan Moral

Wali Kota Pariaman Mukhlis Rahman bersama Wakil Wali Kota Pariaman Genius Umar. (Antara Sumbar/Muhammad Zulfikar)

Saat ini cukup banyak para pelajar tidak mempunyai etika dan moral dan cenderung rapuh akibat kemajuan zaman tanpa adanya bimbingan yang berkelanjutan
Pariaman, (Antaranews Sumbar) - Wali Kota Pariaman, Sumatera Barat Mukhlis Rahman meminta semua tenaga kependidikan di daerah itu agar menekankan pembelajaran etika dan moral dalam membentuk karakter siswa, karena hal itu merupakan persoalan utama anak didik saat ini yang harus segera disikapi semua pihak.

"Saat ini etika dan moral anak didik merupakan persoalan yang cukup serius serta harus dicarikan solusinya oleh semua pihak, terutama di kalangan pendidik," kata dia di Pariaman, Jumat, di sela kegiatan rapat koordinasi pendidikan di lingkungan pemerintah setempat.

Ia mengatakan persoalan etika dan moral apabila tidak diatasi secepat mungkin, dapat merusak kepribadian anak dalam bergaul di lingkungannya.

Pihaknya menilai saat ini cukup banyak para pelajar tidak mempunyai etika dan moral dan cenderung rapuh akibat kemajuan zaman tanpa adanya bimbingan yang berkelanjutan.

Sebagai contoh, banyak ditemukan para anak didik di tempat umum dalam bertutur kata kurang sopan kepada orang yang lebih tua. Padahal ujar dia, salah satu tujuan pendidikan yaitu mengubah karakter manusia menjadi lebih baik dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk itu lanjut dia, para pendidik, orang tua, pengawas, komite sekolah, dewan pendidikan, dan pihak sekolah secara menyeluruh diminta agar dapat memberikan ide serta gagasan dan kontribusi yang lebih nyata dalam mengawal perkembangan kepribadian anak.

Sementara itu anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Pariaman, Fitri Nora mengharapkan lembaga adat agar mengoptimalkan perannya untuk ikut mengawasi pelajar di daerah tersebut.

"Para pemangku adat di lembaga tersebut mempunyai peran cukup besar untuk mengawasi anak kemenakannya termasuk kalangan pelajar, dan peran itu yang diminta lebih dioptimalkan," ujarnya.

Di sisi adat, saat ini banyak ditemukan para pelajar yang tidak paham dengan kepatutan dan sopan santun dalam berbahasa di lingkungan masyarakat, kata dia.

Suku Minangkabau, mengedepankan istilah `Kato Nan Ampek` dalam bertutur di lingkungan masyarakat. Artinya ucapan seseorang harus menyesuaikan usia lawan bicara agar sopan dan beretika.

Pihaknya menilai apabila peran lembaga adat dapat lebih maksimal, maka pelanggaran maupun persoalan etika dan moral yang dilakukan pelajar dapat ditekan sedini mungkin.

Selain itu pihaknya juga mengingatkan peran serta orang tua agar ikut mengontrol perkembangan emosi anak. Hal itu dinilai berpengaruh besar kepada perkembangan kepribadiannya. (*)