Pertarungan Dua Petahana Rebut Kursi Padang-1

id pilkada

Pertarungan Dua Petahana Rebut Kursi Padang-1

Ilustrasi - Pilkada. (Antara)

Berbeda dengan Pilkada Padang 2013 yang diikuti 10 pasang kandidat terdiri atas tiga calon dari partai politik dan tujuh pasang dari jalur perseorangan, Pilkada 2018 menjadi titik balik karena hanya ada tiga pasang calon yang mendaftar ke KPU Padang
Padang, (Antaranews Sumbar) - Sekitar lima bulan lagi warga Kota Padang, Sumatera Barat akan menentukan nasib lima tahun ke depan untuk memilih pemimpin yang mengelola APBD kota sebesar Rp2,3 triliun dan mengayomi sekitar 900.000 jiwa penduduknya. \

Berbeda dengan Pilkada Padang 2013 yang diikuti 10 pasang kandidat terdiri atas tiga calon dari partai politik dan tujuh pasang dari jalur perseorangan, Pilkada 2018 menjadi titik balik karena hanya ada tiga pasang calon yang mendaftar ke KPU Padang.

Pada Pilkada Padang 2013 dari jalur perseorangan maju pasangan Maigus Nasir-Armalis, Syamsuar Syam-Mawardi Nur, Ibrahim-Nardi Gusman, Kandris Asrin-Indra Dwipa, Desri Ayunda-James Helyward, Indra Jaya-Jefri Hendri Darmi, dan Asnawi Bahar-Surya Budhi.

Sedangkan kandidat yang diusung partai politik ketika itu yakni Mahyeldi-Emzalmi melalui koalisi PKS dan PPP, Emma Yohana-Wahyu Iramana Putra diusung Golkar dan PBB serta Mohammad Ichlas El Qudsi-Januardi Sumka dicalonkan koalisi Partai Demokrat dan PAN.

Sementara pada Pilkada Padang 2018 hanya ada dua pasang calon yang mendaftar ke KPU yaitu Mahyeldi-Hendri Septa diusung oleh PKS dan PAN serta Emzalmi-Desri Ayunda diusung tujuh partai yaitu PPP, Gerindra, Golkar, Demokrat, Nasdem, PDI Perjuangan dan PKB.

Berselang satu jam sebelum ditutupnya pendaftaran oleh KPU Padang pada 10 Januari 2017 pasangan Syamsuar Syam dan Misliza datang mendaftar dari jalur perseorangan.

Namun keesokan harinya KPU menggugurkan pendaftaran pasangan suami-istri ini karena tidak melampirkan laporan harta kekayaan sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi.

Alhasil pada Pilkada Padang 2018 tinggal dua pasang calon yang melaju jika tak ada aral melintang. Mereka adalah Mahyeldi-Hendri Septa melawan Emzalmi-Desri Ayunda.

Menariknya Mahyeldi saat ini adalah Wali Kota Padang petahana dengan Emzalmi sebagai wakilnya. Jika pada Pilkada Padang 2013 Mahyeldi-Emzalmi maju diusung PKS dan PPP, pada pilkada kali ini mereka berhadap-hadapan.

Sementara Hendri Septa yang menjadi pendamping Mahyeldi adalah Ketua DPD PAN Kota Padang dan sebelumnya pernah menjabat sebagai anggota DPRD Padang periode 2009-2014.

Emzalmi memilih berpasangan dengan Desri Ayunda yang merupakan pesaingnya waktu Pilkada Padang 2013. Ketika itu, Enzalmi bersama Mahyeldi berhasil menang dengan perolehan suara 50,77 persen atau menang tipis melawan Desri yang meraih suara 49,23 persen.

Kini setelah empat tahun bersama memimpin ibu kota Sumatera Barat Mahyeldi dan Emzalmi memutuskan berpisah dan mengadu peruntungan untuk merebut kursi balai kota Padang.

Mahyeldi merupakan politikus PKS kelahiran Agam, 25 Desember 1966. Karier politiknya dimulai pada 1999 dan pernah menjabat sebagai ketua DPW PKS Sumbar.

Pada Pemilu 2004, suami dari Harneli Bahar ini maju sebagai anggota DPRD Sumbar dan terpilih sebagai Wakil Ketua DPRD Provinsi Sumbar. Kemudian pada Pilkada Padang 2009 Mahyeldi dipinang oleh Wali Kota Padang petahana periode 2004-2009 Fauzi Bahar menjadi wakil wali kota.

Akhirnya Mahyeldi menjabat Wakil Wali Kota Padang periode 2009-2014 dan pada 2014 ia terpilih sebagai wali kota.

Sementara Emzalmi merupakan seorang birokrat yang lahir di Padang 28 September 1952. Meniti karier sejak awal sebagai ASN ia mencapai puncaknya sebagai Sekda Padang pada 2009-2012.

Sebelumnya, suami dari Rosnawati ini pernah menjabat sebagai Kepala Dinas Tata Kota Padang 1994-1998, Asisten II Setda Padang 1998-2001 hingga Kepala Bappeda Padang 2001-2009.

Sedangkan para calon wakil wali kota yang berlaga pada pilkada Padang 2018 juga bukan sosok yang asing dalam kontestasi politik di kota bengkuang tersebut.

Hendri Septa merupakan Ketua DPD PAN Padang yang menamatkan pendidikan di Australia. Ia pun pernah menjabat sebagai anggota DPRD Padang 2009-2014.

Pria kelahiran Padang 6 September 1976 itu merupakan putra dari Asli Chaidir politikus PAN yang kini menjabat anggota DPR RI dari daerah pemilihan Sumbar. Suami dari Genny Putrinanda itu juga merupakan menantu dari Anggota DPD RI daerah pemilihan Sumbar Leonardy Harmainy.

Sedangkan Desri Ayunda yang mendampingi Emzalmi lahir di Padang pada 24 Oktober 1961 merupakan seorang profesional yang meniti karier di PT Semen Padang.

Menikah dengan Nini Zuraida, Desri pernah menjabat Direktur Utama PT Igasar dan Dirut PT Sepatim Batamtama yang merupakan anak perusahan PT Semen Padang. Sengit-Seimbang

Pengamat politik Universitas Andalas (Unand) Edi Indrizal, M.Si menilai Pilkada Padang 2018 akan berlangsung sengit karena peta kekuatan kandidat yang ikut berlaga relatif seimbang.

"Kompetisi akan berlangsung seru antara pasangan Mahyeldi-Hendri Septa dengan Emzalmi-Desri Ayunda," kata dia.

Ia menilai dua pasang kandidat yang dipastikan maju masing-masing punya keunggulan tersendiri.

"Untuk pasangan Emzalmi-Desri Ayunda keunggulannya adalah diusung tujuh partai politik, sehingga jika pasangan ini menang akan menguntungkan di parlemen dari sisi pembuatan kebijakan dan pengambilan keputusan politik antara eksekutif dengan legislatif," katanya.

Akan tetapi ia mengingatkan walaupun pasangan Emzalmi-Desri diusung tujuh partai politik mesin partai harus dioptimalkan agar bisa bekerja dengan baik mendulang suara.

"Apalagi sejatinya pilihan masyarakat saat pemilu dengan pilkada tidak sejalan karena pilkada lebih dominan faktor keunggulan figur," lanjut dia.

Ia menilai banyak partai pengusung merupakan ajang pembuktian koalisi besar tersebut apalah memang mampu membawa kemenangan bagi kandidat yang diusung.

Ketepatan strategi dan kinerja mesin politik partai dan relawan akan berperan besar dalam menentukan siapa yang akan tampil sebagai pemenang, katanya. Pada sisi lain ia menilai pasangan calon wali kota Padang Mahyeldi dan Hendri Septa juga memiliki tiga keunggulan sebagai modal untuk bisa memenangkan pilkada.

"Pertama dari segi komposisi partai, Mahyeldi yang diusung oleh PKS dan Hendri Septa yang diusung oleh PAN sudah memenuhi syarat pencalonan kepala daerah karena jumlah kursinya minimal adalah sembilan sementara jika digabung kedua partai punya 10 kursi," kata dia.

Kemudian pasangan ini merupakan perpaduan tokoh muda dengan tua sehingga bisa saling melengkapi apalagi saat ini sedang tren pemimpin muda. Kemudian dari sisi basis massa Hendri Septa memiliki modal cukup besar karena orang tuanya Asli Chaidir saat ini menjabat anggota DPR RI daerah pemilihan Sumatera Barat dengan basis suara dari Kota Padang.

Ini juga disempurnakan dengan mertuanya yang saat ini merupakan anggota DPD RI yaitu Leonardi Harmaini yang juga punya basis massa yang kuat di Padang, kata dia.

"Dengan komposisi ini mesin partai yang dimiliki PAN dan relasi yang dipunyai Hendri Septa diyakini akan memberikan keuntungan secara elektoral," katanya.

Kemudian terkait dengan isu putra daerah dengan kehadiran Hendri maka Mahyeldi yang berasal dari Kabupaten Agam bisa dilengkapi karena Hendri berasal dari Padang.

"Hendri merupakan pilihan yang cukup pas dan bisa menambah suara Mahyeldi saat pilkada," katanya.

Akan tetapi ia menyampaikan yang namanya politik amat dinamis dan calon lain tetap punya peluang untuk bisa menandingi petahana apalagi masih ada waktu sekitar lima bulan.

"Jika partai lain berembuk dan mengusung calon tertentu untuk menyaingi pasangan ini tetap ada peluang," katanya.

Siapakah yang akan berpeluang terpilih sebagai Wali Kota Padang 2019-202? Tentu semuanya berpulang kepada masyarakat yang menjadi pemilih untuk memutuskan siapa pemimpin terbaik yang akan dipilih oleh mayoritas warga pada 27 Juni 2018. (*)