Ini Hunian Sementara Untuk Pengungsi Rohingya

id rohingya

Ini Hunian Sementara Untuk Pengungsi Rohingya

Pengungsi Rohingya (Antara)

Cox's Bazar, Bangladesh (Antara Sumbar) - Kamp pengungsian Rohingya di Madhuchara, Kutupalong, Cox's Bazar, Sabtu (23/12) siang, begitu sibuk.

Pria dewasa sampai anak laki-laki terlihat mondar-mandir membawa bambu, kayu, dan material bangunan lain.

Sebagian lagi, membongkar tenda pengungsian yang sudah usang dan memasangnya dengan kerangka bambu.

Para pengungsi dibantu relawan Aksi Cepat Tanggap (ACT) bahu membahu membangun hunian yang lebih layak untuk para pengungsi ini.

"Saat ini ACT fokus membangun 1.000 hunian sementara bagi pengungsi, karena biar bagaimana pun juga mereka butuh hunian yang layak dan nyaman," kata Manajer Program Global Humanity Response ACT Anca Rahadiansyah.

Menurut Anca, pengungsi Rohingya sudah memasuki transisi pemulihan, sehingga ACT sekarang fokus pada program pemulihan dan rekonstruksi untuk Rohingya.

Nantinya tak hanya hunian sementara, tapi akan dibangun sebuah kompleks pengungsian yang terdiri dari 10 blok. Masing-masing blok terdapat 100 unit shelter.

Setiap blok akan memiliki masjid dan madrasah yang akan memfasilitasi pengungsi untuk beribadah dan tempat bagi anak-anak pengungsi belajar.

Anca mengatakan, sudah ada sekitar 700 shelter yang sudah dibangun dan 500 unit di antaranya sudah ditempati para pengungsi.

Hunian yang mereka tempati tidak lagi berupa tenda tipis yang terbuat dan terpal dan lembaran plastik, melainkan terpal yang dilapisi bambu sebagai penahan di bagian luar yang dilindungi atap seng serta lantai rumah yang dicor.

Shelter tersebut layaknya sebuah rumah yang memiliki kamar, ruang keluarga, serta dapur untuk setiap keluarga.

ACT juga memfasilitasi 336 toilet umum, di antaranya 100 toilet sudah bisa dipakai, juga 8 unit madrasah dan 8 unit masjid.

Maji atau Ketua RT di kawasan Madhuchara Kafaetullah mengatakan saat ini pengungsi memang membutuhkan tempat tinggal yang layak karena di Bangladesh sudah memasuki musim dingin.

"Saya bertugas untuk mendaftar nama-nama pengungsi dan mengaturnya dengan adil," kata Kafaetullah yang sebelumnya merupakan seorang guru di Myanmar.

"Kami juga ingin ucapkan terima kasih untuk Indonesia dan ACT," ujarnya pula. (*)