BI Sumbar Musnahkan Rp2,5 Triliun Uang Tidak Layak yang Ditarik dari Masyarakat

id Endy Dwi Tjahjono

BI Sumbar Musnahkan Rp2,5 Triliun Uang Tidak Layak yang Ditarik dari Masyarakat

Kepala Kantor Bank Indonesia Perwakilan Sumatera Barat, Endy Dwi Tjahjono. (Antara Sumbar/Novia Harlina)

Padang, (Antara Sumbar) - Bank Indonesia perwakilan Sumatera Barat (Sumbar) telah memusnahkan uang tidak layak edar sebesar Rp2,5 triliun yang ditarik dari masyarakat pada triwulan III 2017.

"Jumlah tersebut meningkat hingga 44 persen pada periode yang sama dibandingkan triwulan III 2016," kata Kepala BI perwakilan Sumbar, Endy Dwi Tjahjono di Padang, Selasa.

Menurut dia uang tidak layak edar itu diperoleh dari hasil setoran bank setiap hari setelah dilakukan penyeleksian menggunakan mesin khusus dan yang tidak layak ditarik untuk diganti dengan yang baru.

"Uang yang tidak layak edar tersebut telah dimusnahkan menggunakan mesin," kata dia.

Ia menjelaskan BI diberikan kewenangan untuk mencetak uang, mengedarkan, merawat hingga memusnahkan sesuai aturan yang berlaku.

Ia menilai besarnya jumlah uang tidak layak edar yang harus dimusnahkan mengindikasikan masyarakat masih senang menggunakan uang tunai dalam bertransaksi sehingga uang kertas menjadi cepat lusuh.

"Bisa juga uang yang dimiliki kurang dirawat dan diperlakukan dengan baik," ujarnya.

Ia berharap masyarakat dapat memperlakukan uang dengan baik karena biaya mencetaknya mahal bahkan untuk mencetak uang kertas Rp2 ribu biayanya lebih mahal daripada nilainya.

Karena itu BI butuh dukungan agar memperlakukan uang dengan baik serta mengenali ciri-ciri keaslian rupiah serta meningkatkan transaksi nontunai.

Ia menambahkan BI juga melayani penukaran uang baik melalui mobil kas keliling serta bekerja sama dengan perbankan yang ada di Sumbar.

Sebelumnya Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno menyerukan kepada masyarakat untuk menggunakan alat pembayaran nontunai dalam transaksi keuangan karena lebih praktis dan efisien.

"Keuntungannya menggunakan alat pembayaran nontunai masyarakat tidak perlu antre dan lebih efisien dari segi waktu," kata dia.

Menurut dia memang belum semua orang suka dan terbiasa dengan pembayaran nontunai karena belum terbiasa dengan teknologi.

"Untuk mengubah kebiasaan memang berat namun kalau dicoba pasti bisa," katanya.

Ia mengatakan ada orang yang kalau tidak memegang uang di tangan tidak nyaman padahal zaman sekarang semuanya cukup pakai kartu saja sudah bisa bertransaksi.

Ia mengemukakan penggunaan transaksi nontunai memiliki tiga kelebihan yaitu lebih aman, cepat dan mudah. (*)