Wisatawan China Masih Takut ke Bali, Asita Desak Menpar Temui CNTA

id Turis china

Wisatawan China Masih Takut ke Bali, Asita Desak Menpar Temui CNTA

Turis China. (cc)

Beijing, (Antara Sumbar) - Asosiasi Biro Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) mendesak Menteri Pariwisata Arief Yahya segera menemui pejabat Kementerian Pariwisata China atau CNTA untuk menjelaskan perkembangan situasi di Bali terkait letusan Gunung Agung.

"Harus segera ketemu pihak CNTA," kata Ketua Bidang Pemasaran dan Promosi Asita, Eddy Sunyoto, kepada Antara di Beijing, Jumat.

Dengan adanya pertemuan kedua belah pihak, lanjut dia, masyarakat atau calon wisatawan asal China tidak takut lagi mengunjungi Pulau Dewata itu.

Sejak penutupan sementara Bandar Udara Internasional Ngurah Rai di kawasan Kuta, Kabupaten Badung, pada 27 November 2017, untuk menghindari dampak letusan Gunung Agung di Kabupaten Karangasem, tingkat keterisian kamar sejumlah hotel di Bali hanya sekitar 10 persen.

"Sejak saat itu pula tidak ada pergerakan sama sekali turis dari China ke Bali," kata Ketua Komite China Asita, Hery Sudiarto, menambahkan.

Bahkan dia mengindikasikan tidak satu pun wisatawan asal China berlibur di "Pulau Seribu Pura" yang menjadi tujuan wisata internasional tersebut.

"Teman-teman BPW (biro perjalanan wisata) dan hotel di Bali sudah mengistirahatkan karyawannya," katanya.

Pada tahun lalu, China menyumbang 1,5 juta wisatawan asing ke Indonesia sekaligus menempati peringkat teratas jumlah kunjungan wisman.

Pada tahun ini, pemerintah menargetkan 2,5 juta kunjungan wisman asal China ke Indonesia. Dari jumlah itu, Bali mendapatkan target kunjungan 1,4 juta kunjungan wisata dari turis China.

Selama periode Januari-September 2017 tercatat sekitar 1,1 juta kunjungan wisatawan asal daratan Tiongkok tersebut ke Bali.

Letusan Gunung Agung yang diikuti dengan penutupan Bandara Ngurah Rai telah menyebabkan wisatawan China berbondong-bondong meninggalkan Bali. Beberapa calon wisatawan mengalihkan tujuan ke tempat lain di Indonesia atau negara lain di Asia Tenggara.

"Wisatawan China yang berangkat melalui agen di Indonesia terkoordinasi dengan baik, bahkan perpanjangan masa tinggal kami yang tanggung. Namun yang diberangkatkan agen China atau 'backpacker' (berangkat sendiri) panik karena tidak terkoordinasi dengan baik," kata Eddy.

Kejadian seperti itu yang menurut dia perlu diluruskan dan harus ada pertemuan tingkat menteri sesegera mungkin.

Di sela-sela kegiatan promosi wisata Asian Games 2018 Jakarta-Palembang di Beijing, Kamis (14/12) yang dihadiri oleh sejumlah agen wisata di China, Asita memutar video rekaman pernyataan Gubernur Bali Made Mangku Pastika.

Dalam rekaman wawancara berbahasa Inggris, Pastika menyatakan bahwa situasi Bali sudah kondusif sehingga tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

Jenderal purnawirawan polisi bintang dua tersebut juga mengajak wisatawan kembali berlibur di Bali dengan tenang dan damai.

Asita juga telah menyiapkan kapal cepat di Pantai Kedonganan, Kabupaten Badung, bila sewaktu-waktu Gunung Agung meletus lagi.

"Dari Kedonganan kapal cepat yang mampu mengangkut 100 hingga 150 orang hanya butuh waktu dua jam ke Pantai Blimbingsari (Banyuwangi, Jawa Timur). Dari pantai ke Bandara Blimbingsari hanya lima menit sehingga, wisatawan tidak perlu melakukan perjalanan darat dari Bali ke Surabaya yang bisa memakan waktu 17 jam termasuk feri Gilimanuk-Ketapang," kata Eddy.

Bandara Blimbingsari, jelas dia, sudah bisa didarati pesawat jenis Boeing 737. Bahkan setiap hari sejumlah maskapai penerbangan, seperti Nam Air, Lion, dan Garuda mendarat di bandara di ujung timur Pulau Jawa itu. (*)