Besok, Pucak Perhelatan Payakumbuh Botuang Festival

id PBF 2017

Besok, Pucak Perhelatan Payakumbuh Botuang Festival

Lokasi pelaksanaan kegiatam puncak PBF 2017. (ANTARA SUMBAR/Istimewa)

Payakumbuh, (Antara Sumbar) - Puncak Payakumbuh Botuang Festival (PBF) akan dihelat di Panorama Ampangan, Kapalo Koto Ampangan, Nagori Aua Kuniang, Kecamatan Payakumbuh Selatan, Kota Payakumbuh, pada 1 hingga 2 Desember 2017.

Direktur Festival Andra Nova di Payakumbuh, Kamis (30/12) mengatakan iven perdana tahun ini tidak hanya dihadiri pemusik lokal dan nasional tapi juga akan dihadiri grup musik kelas dunia, diantaranya Riau Rhythm Chambers Indonesia (RRCI), Talago Buni, Minanga Pentagong, Sambasunda, Ranah PAC, Taufik Adam, La Paloma dan Ali Syukri serta seniman lainnya.

PBF 2017 juga menghadirkan hiburan rakyat dengan desain artistik bambu yang megah dan futuristik serta hadirnya artis jazz Citra Scholastika.

Menurutnya PBFl merupakan iven berbasis masyarakat yang dalam hal ini dihelat di Nagori Aua Kuniang dan melibatkan masyarakat setempat. Saat ini untuk di masyarakat telah dibentuk Komunitas Anak Nagori yang bekerjasama dengan kim kreatif PBF 2017.

"Payakumbuh Botuang Festival ini juga tidak lepas dari peran Dinas Kebudayaan Sumbar, Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Payakumbuh serta Ketua Komisi V DPRD Sumbar Supardi yang telah memberikan dukungan dana sehingga iven kali pertama ini dapat terselenggara," kata Andra Nova yang akrab disapa Ijot Goblin itu.

Ia mengimbau kepada warga Payakumbuh, khususnya warga setempat untuk dapat hadir dan mendukung terlaksananya iven ini. Sehingga capaian yang ingin diharapkan yaitu tumbuhnya industri dan ekonomi kreatif masyarakat dapat terlaksana dengan baik.

"Selama ini masyarakat cenderung mengabaikan manfaat dari Botuang atau bambu ini. Padahal saat ini selain sebagai kerajinan tangan dan alat-alat rumah tangga, kini bambu dapat dimanfaatkan sebagai bahan konstruksi bangunan dan desain interior maupun eksterior seingga memiliki nilai jual yang tinggi," ujar Ijot Goblin.

Iven ini direncanaka dibuka secara resmi oleh Wakil Gubernur Sumatera Barat Nasrul Abit, Kepala Dinas Kebudayaan Sumbar Taufik Efendi, dan pejabat Payakumbuh lainnya. Pembukaan ini akan dimeriahkan dengan kolaborasi Minanga Pentagong dengan kesenian khas Payakumbuh, Sikatuntuang.

Andi Mardelim, salah seorang koreografer muda Payakumbuh yang terlibat dalam pertunjukkan ini menjelaskan bahwa kesenian Sikatuntuang ini akan dimainkan oleh Bundo Kanduang atau kaum perempuan. Kemudian nantinya juga akan ada pertunjukkan tari kolosal dari anak Nagori Aua Kuniang.

"Kesenian Sikatuntuang ini merupakan alat penumbuk padi yang menghasilkan bunyi-bunyian dan diikuti oleh belasan Bundo Kanduang. Intinya nanti akan disuguhkan pertunjukkan kesenian yang akan menghibur pengunjung di Puncak Panorama Ampangan," kata Andi Mardelim didampingi Siska Aprisia.

Andi Mardelim menambahkan bahwa selain pertunjukkan musik, seni, dan sastra juga akan ditampilkan Silek Bagoluk Lunau dari Bengkel Seni Minanga Center. Silek Bagoluk Lunau ini dimainkan oleh empat anak nagori Payakumbuh yaitu Aji Perdana, M. Farid Yonaf, Shobry Dayulisman, dan Dio Reza Fahlevy.

"Silek Bagoluk Lunau ini merupakan kearifan lokal mengangkat Tradisi Silek Tuo yang dimainkan di sawah dalam rangka memeriahkan pasca panen," kata Andi.

Kemudian, Iyut Fitra, salah seorang kurator PBF 2017 mengatakan selain pertunjukkan musik juga ada penampilan penyair Irmansyah, Sosiawan Leak, Isbedy Stiawan ZS. Pengunjunga dikatakannya akan merasakan sensasi berbeda saat berada di puncak Panorama Ampangan sambil menyaksikan penampilan musik yang alatnya terbuat dari bambu dan mendengarkan pembacaan puisi dari penyair kawakan.

"Nanti saya bersama penyair lainnya seperti Irmansyah, Sosiawan Leak, Isbedy Stiawan ZS akan tampil membacakan puisi-puisi di puncak Panorama Ampangan. Semoga Panorama Ampangan ini juga diharapkan dapat menjadi objek wisata unggulan di Payakumbuh," kata Iyut Fitra.

Sebelumnya, Payakumbuh Botuang Festival ini telah diawali dengan serangkaian festival lainnya sejak Minggu 26 November 2017 lalu hingga Selasa 28 November 2017 lalu. Selain itu juga dilaksanakan juga Focus Group Discussion (FGD) bersama pecinta bambu dengan narasumber Astuti Masdar, seorang akademisi yang fokus terhadap bambu.

"Payakumbuh Botuang Festival ini diawali dengan Festival Kuliner Payakumbuh dimana dihadirkan makanan khas Payakumbuh yang ada di daerah-daerah dan Payakumbuh Street Festival yang merespon komunitas anak muda Payakumbuh. Kemudian juga ada Payakumbuh Night Festival yang berlangsung di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Jembatan Ratapan Ibu. Dimana tujuannya adalah mengenang kembali sejarah Jembatan Ratapan Ibu melalui pertunjukkan musik dan sastra," ujarnya.

Sementara itu, Ketua Komisi V DPRD Sumbar Supardi menjelaskan bahwa diharapkan dengan adanya festival ini dapat membuat Payakumbuh sebagai salah satu kota penting di Sumatera Barat memiliki jati diri.

Sebab selama ini, Payakumbuh yang dikenal dengan jajanan malam atau kuliner malamnya belum mampu menjadikan kota yang menjadi perlintasan Sumbar-Riau ini memiliki ciri khas dan jati diri yang membuatnya lebih dikenal tidak hanya dalam provinsi tapi juga nasional dan mancanegara.

"Semoga adanya festival ini dapat menyadarkan masyarakat dan pemerintah bahwa sudah saatnya Payakumbuh yang sudah dikenal banyak orang memiliki jati diri dan ciri khas. Contohnya mungkin sebagai Kota Kuliner atau Payakumbuh Kota Festival, dimana akan banyak festival yang diselenggarakan baik itu tingkat kecamatan atau tingkat internasional seperti seblummnya pernah ada Payakumbuh World Music Festival dan Payakumbuh Fashion Week," kata politisi Supardi ini.

Selama ini dikatakannya, Nagori Aua Kuniang ini dikenal sebagai Kampung Pengrajin Bambu dimana masyarakatnya kebanyakan berprofesi sebagai pengrajin bambu. Namun hal ini tentu belum membuat masyarakat setempat memiliki penghasilan lebih karena kerajinan yang selama ini terbatas di anyaman bambu, pagar, kandang ayam, dan bentuk kerajinan lainnya.

"Kita berharap adanya Payakumbuh Botuang Festival ini tentu dapat memberikan dampak terhadap perekonomian masyarakat setempat. Semoga dengan diketahuinya banyak manfaat dan potensi bambu ini ke depan dapat membuat masyarakat sadar dan terus berupaya berinovasi dalam melakukan pengolahan terhadap bambu ini. Sehingga industri dan ekonomi kreatif yang ada dapat meningkat," ujar Supardi. (*)