Peneliti Menilai Mitigasi Bencana di Indonesia Masih Lemah

id Mitigasi Bencana

Peneliti Menilai Mitigasi Bencana di Indonesia Masih Lemah

Mitigasi Bencana. (cc)

Padang, (Antara Sumbar) - Peneliti Pusat Riset Tsunami dan Mitigasi Bencana Universitas Syiah Kuala Aceh Teuku Alvisyahrin, PhD menilai mitigasi bencana di Tanah Air masih lemah sehingga perlu dilakukan pembenahan agar saat terjadi bencana jumlah korban dapat diminimalkan.

"Dalam mitigasi bencana, peran negara amat besar, namun kondisi birokrasi masih lemah dari sisi sumber daya manusia karena banyak yang belum siap," kata Alvisyahrin di Padang, Kamis.

Ia menyampaikan hal itu pada kuliah umum dengan tema Mitigasi Bencana dan Ketahanan Sosial yang digelar Program Studi Magister Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas (Unand) Padang.

Menurutnya, mitigasi bencana menyangkut perilaku dan kebiasaan manusia dalam mempersiapkan diri menghadapi bencana yang di dalammya selain ada peran pemerintah juga harus melibatkan masyarakat.

Ia melihat masih banyak pemangku kepentingan terkait seperti kepala daerah yang belum memahami sepenuhnya akan pentingnya mitigasi bencana apalagi di daerah rawan.

"Contohnya masih ada daerah yang menggalokasikan anggaran untuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah hanya Rp65 juta setahun, dengan dana segitu mau melakukan apa?" katanya.

Bahkan ia juga menemukan ada kepala daerah yang mengganti kepala BPBD setiap tahun sehingga sulit bagi pejabat tersebut untuk fokus menyiapkan program mitigasi bencana.

Ia memberi contoh negara yang sudah cukup baik dalam mitigasi bencana adalah Jepang karena semua pihak ikut andil berperan.

"Buktinya saat gempa dan tsunami pada 2011 di Jepang kendati skalanya sama dengan yang di Aceh pada 2004 tapi jumlah korban di Jepang hanya 10 persen," katanya.

Kemudian titik rawan yang juga perlu diperhatikan dalam penanggulangan bencana adalah setelah tahap pemulihan karena saat itu semua pihak merasa aman sehingga luput mempersiapkan diri jika bencana kembali terjadi.

Ia berharap perguruan tinggi ikut andil dalam penanggulangan bencana dengan terlibat dalam mitigasi seperti melatih warga agar lebih tangguh dalam menghadapi bencana.

Sementara salah seorang peserta kuliah umum Yushendra mengakui selama ini pemerintah daerah kurang memperhatikan mitigasi bencana.

"Buktinya di BPBD yang banyak ditempatkan adalah pegawai dengan latar belakang teknik untuk membangun infrastruktur padahal mitigasi bencana adalah soal membangun kesadaran manusia," katanya. (*)