Maksimalkan Produksi, BPTP Sumbar Kembangkan Bibit Bawang dari Biji

id BIBIT BAWANG

Maksimalkan Produksi, BPTP Sumbar Kembangkan Bibit Bawang dari Biji

Peneliti Balitbangtan Kementan Yudi Susanto (kiri) dan petugas BPTP sedang meninjau bawang merah hasil dari perkembangan biji di Taman Sains Pertanian. (ANTARA SUMBAR/Tri Asmaini)

Arosuka, (Antara Sumbar) - Balai Penelitian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Barat (Sumbar) tengah mengembangkan bibit bawang merah dari biji guna memaksimalkan hasil produksi petani di daerah tersebut.

Kepala Balai Penelitian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Barat, Chandra Indrawanto di Arosuka, Rabu (15/11) mengatakan program teknologi pengembangan bibit bawang merah terbagi atas dua macam, yaitu True Seed of Shallot (TSS) dengan dua varietas Bima Brebes dan Trisula dan Proliga (Program Lipat Ganda).

Ia menyebutkan dengan program bibit bawang merah dari biji dapat menghemat biaya produksi benih jauh lebih murah dan dengan hasil panen hingga dua sampai tiga kali lipat.

"Karena masyarakat banyak yang mengeluhkan mahalnya bibit," ujarnya.

Taman Sains Pertanian (TSP) akan dijadikan labor lapangan bagi pembelajaran masyarakat petani bawang merah dalam hal teknologi pengembangan bibit bawang.

"TSP menjadi tempat diseminasi teknologi Balitbang, yang sesuai untuk kebutuhan tanaman di Sumbar ada di TSP. Pengembangan bibit bawang merah ini karena Alahan Panjang, Solok, dijadikan sentra bawang merah Sumatera," ujarnya.

Peneliti Balitbang Kementerian Pertanian Yudi Sastro mengatakan bahwa bibit bawang merah dengan biji lebih tahan terhadap hama penyakit daripada bibit dari umbi.

"Selain itu, bibit bisa disimpan lebih lama, bisa bertahun jika disimpan di kulkas, daripada umbi yang bisa busuk dan tidak tahan lama jika tidak segera ditanam," ujarnya.

Ia menjelaskan varietas unggul yang diusahakan oleh Balitbangtan dengan bibit biji bukan dengan umbi lagi.

"Misalnya kalau memakai bibit umbi butuh 1,2 ton per hektare (biaya bibit mencapai Rp40 juta per hektare), TSS hanya membutuhkan 3 hingga 5 kilogram dengan harga hanya Rp15 juta per hektare," ujarnya.

Program lipat ganda ini selain rapat secara populasi tumbuhan, membutuhkan pemupukan yang tepat, dan "light trap" agar induk hama serangga bisa tertangkap. Jadi, input untuk bibit sekitar 40 hari.

Ia menyebutkan agar petani tidak terpotong waktu pembibitannya, maka perlu dibentuk kelompok tani khusus pembibitan.

TSP merupakan labor lapangan yang bisa dimanfaatkan untuk pembelajaran masyarakat, kelompok tani, penyuluh, mahasiswa.

Selain bawang merah, akan dikembangkan budidaya kentang, jagung tongkol dua yang saat di panen tetap hijau batangnya.

Batang jagung yang masih hijau bisa untuk pakan ternak, kotoran ternak bisa jadi pupuk kompos, sehingga terbangun siklus dan tidak ada yang terbuang. (*)