Legislator Sebut Inovasi Kunci Hadapi Ancaman Krisis Pangan

id Hermanto

Legislator Sebut Inovasi Kunci Hadapi Ancaman Krisis Pangan

Anggota Komisi IV DPR RI, Hermanto. (cc)

Padang, (Antara Sumbar) - Inovasi bidang pertanian merupakan kunci untuk menghadapi ancaman krisis pangan yang saat ini gejalanya sudah mulai mengemuka di Tanah Air, kata Anggota Komisi IV DPR RI dari Daerah Pemilihan Sumatera Barat Hermanto.

"Indikator krisis pangan ada tiga, yaitu semakin sempitnya lahan, semakin sulitnya mencari lahan baru untuk tanaman pangan, dan semakin tidak terkendalinya pertumbuhan penduduk," kata dia di Padang, Selasa.

Menurutn dia, krisis pangan bisa dicegah atau setidaknya bisa dihambat lajunya dengan inovasi.

"Inovasi di bidang sains dan teknologi sangat berperan dalam mencegah krisis," ujarnya.

Ia menilai salah satu teknologi yang bisa dikembangkan, khususnya di kawasan Alahan Panjang, Kabupaten Solok, adalah "instore dryer" atau alat pengering bawang merah.

"Dengan adanya 'instore dryer' proses pengeringan bawang merah bisa berlangsung lebih cepat. Semula dibutuhkan waktu 20 hari. Kini dengan teknologi tersebut, hanya butuh lima hari saja," katanya.

Pada sisi lain, ia melihat kemajuan pertanian tergantung pada lembaga penelitian dan pengembangan.

"Litbangnya maju maka pertanian juga maju oleh sebab itu litbang harus didorong agar melakukan riset dan pengembangan sesuai kebutuhan sektor pertanian, 'output-nya' harus aplikatif dan berorientasi pada teknologi terapan," ujarnya.

Sebelumnya, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura Kementerian Pertanian Hardiyanto mengatakan pihaknya menargetkan Kabupaten Solok sebagai sentra bawang merah Sumatera dengan luas lahan 10.000 hektare dan didukung teknologi pertanian yang memadai.

Ia mengatakan bawang merah yang dihasilkan harus memenuhi standar agar dapat menembus pasar ekspor.

"Indonesia sudah mengekspor bawang ke Singapura, Malaka, Thailand dan lainnya," ujarnya.

Selain sebagai kawasan bioindustri, daerah tersebut akan dikembangkan lokasi pembibitan bawang merah dari biji, sebagai usaha untuk meningkatkan produksi.

"Apalagi target Kementerian Pertanian bisa menghasilkan 40 ton per hektare, yang biasanya hanya 10 ton per hektare," katanya.

Untuk itu, ia berharap adanya efisiensi hasil bawang pascapanen, sehingga mengurangi kerugian menyusutnya bawang ketika panen. (*)