Khawatir Gagal, Veteran Minta Pemerintah Percepat Pembangunan Monumen Bela Negara

id monumen bela negara

Khawatir Gagal, Veteran Minta Pemerintah Percepat Pembangunan Monumen Bela Negara

Monumen PDRI. (Ist)

Padang, (Antara Sumbar) - Veteran pejuang sekaligus Ketua Forum Bela Negara Sumatera Barat (Sumbar), Kolonel Purnawirawan Amir Syarifuddin, meminta agar pembangunan monumen bela negara di Koto Tinggi, Limapuluh Kota, terus dilanjutkan.

"Saya berharap pembangunan monumen bela negara itu terus dilanjutkan hingga selesai, sebagaimana perencanaan sejak awal," kata Amir Syarifuddin, yang mengikuti proses perencanaan pembangunan Monumen Bela Negara sejak awal, di Padang, Sabtu.

Jangan sampai, katanya, pembangunan itu berlarut-larut dan akhirnya tidak kunjung selesai.

Ia mengatakan kehadiran monumen itu akan berguna sebagai pertanda sejarah, serta bisa menjadi ikon wisata sejarah.

Veteran pensiunan 1994 tersebut sempat menceritakan bagaimana proses awal pencanangan monumen bela negara tersebut.

Berawal ketika Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro memberikan mandat mencari tempat untuk pembangunan monumen.

"Saat itu ada beberapa daerah yang jadi pilihan yaitu Padangpanjang, Bukittinggi, Payakumbuh, Bidar Alam, dan Limapuluh Kota, tempat-tempat itu akhirnya diseleksi satu per satu," jelasnya.

Singkat cerita, katanya, dari proses panjang penilaian tim saat itu akhirnya dipilih daerah Koto Tinggi, Limapuluh Kota.

Ia menyebutkan pemilihan Koto Tinggi berdasarkan aspek sejarah karena menjadi posko utama pasukan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI).

"Jika di daerah lain pasukan PDRI terus berpindah-pindah, di Koto Tinggi pasukan menetap sekitar tujuh bulan. Dari situ juga diketahui dukungan masyarakat saat itu yang sukarela memberikan makanan serta kebutuhan lain saat itu," jelasnya.

Dukungan masyarakat itu, lanjutnya, bahkan masih berlanjut sampai saat ini yang sukarela menghibahkan lahan untuk pembangunan Monumen Bela Negara.

"Sesuatu yang membanggakan ketika masyarakat dengan sukarela menyerahkan lahannya untuk membangun monumen, luasnya mencapai 40 hektare," katanya.

Ia menceritakan dalam proses saat itu juga terlibat pakar sejarah Profesor Mestika Zeid, mantan Wakil Gubernur Muslim Kasim, dan lainnya.

"Jadi saya sangat berharap pembangunan monumen nasional itu segera dirampungkan. Mengingat banyaknya proses yang sudah dijalani," katanya. (*)