4.013 Telur Penyu Telah Diinkubasi, 2.326 Tukik Telah Menetas

id PENYU

4.013 Telur Penyu Telah Diinkubasi, 2.326 Tukik Telah Menetas

Menetas sejumlah anak penyu hijau (Chelonia mydas) keluar dari tempat penetasan di Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kota Pariaman, Sumatera Barat, Rabu (9/8). Sebanyak 96 ekor anak penyu hijau menetas dari 120 butir telur yang diinkubasi di konservasi di daerah itu.

Pariaman, (Antara Sumbar) - Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) Kota Pariaman, Sumatera Barat, telah menginkubasi atau proses penetasan 4.013 butir telur penyu sejak periode Januari hingga Oktober 2017.

"Dari 4.013 butir telur itu, berhasil menetas sebanyak 2.326 tukik atau anak penyu," kata Staf KKPD Pariaman, Irwan di Pariaman, Rabu (1/11).

Kemudian dari 4.013 butir telur penyu tersebut, 260 diantaranya masih dalam proses karena baru diinkubasi pada bulan September dan Oktober 2017.

Setiap butir telur penyu membutuhkan waktu selama dua bulan dalam masa inkubasi pada pasir yang disediakan KKPD Pariaman.

Beberapa faktor menyebabkan telur penyu mengalami kegagalan saat proses inkubasi diantaranya, cara pengangkatan oleh masyarakat yang menemukan dan estimasi waktu saat telur penyu diantarkan ke pusat penangkaran.

Khusus cara pengangkatan telur penyu, masyarakat yang menemukan diwajibkan menggunakan pasir atau kardus sebagai media penempatannya agar tidak mengalami goncangan.

Kemudian jarak waktu saat penyu mengeluarkan telur maksimal hanya enam jam, apabila melewati masa itu maka berpotensi gagal penetasan.

"Dua faktor tersebut memang hal krusial saat masyarakat menemukan dan mengantarkan telur penyu ke KKPD, namun kami selalu sampaikan cara yang tepat," kata dia.

Puncak peneluran penyu umumnya terjadi pada saat pertengahan tahun dengan jenis yang berbeda-beda. Untuk musim 2017 pihak KKPD menemukan telur lebih dominan jenis lekang yang disusul oleh hijau dan sisik.

Terkait lokasi penemuan katanya, pada umumnya di sekitar perairan Kota Pariaman dan Kabupaten Padangpariaman seperti Kecamatan Batang Anai.

Setiap masyarakat yang menemukan telur penyu dan mengantarkan ke KKPD Pariaman akan memperoleh biaya donasi sebesar Rp3.000 per butirnya. Hal itu bertujuan agar memotivasi masyarakat lebih sadar lingkungan dan melindungi hewan tersebut.

Sementara, Nisa (30) salah seorang wisatawan asal Solok mengatakan KKPD Pariaman cukup menarik dijadikan sebagai destinasi wisata edukatif.

Mahasiswi asal Universitas Andalas Padang tersebut berpendapat penyu sebagai hewan yang dilindungi undang-undang harus tetap dijaga dan dilestarikan agar tidak punah. (*)