Berprestasi, Sastrawan Sumbar Raih Penghargaan di Bulan Bahasa

id sastrawan sumbar

Berprestasi, Sastrawan Sumbar Raih Penghargaan di Bulan Bahasa

Mentri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy berfoto bersama sastrawan penerima Penghargaan Sastra Indonesia 2017 di Plaza Intan Berprestasi, Gedung Kemdikbud, Sabtu (28/10). Dua diantara penerima penghargaan tersebut adalah sastrawan asal Sumatera Barat, yaitu Rusli Marzuki Saria yang menerima Penghargaan Sea Write Award Kandidat Indonesia dan Muhammad Ibrahim Ilyas yang menerima penghargaan kategori naskah drama. (Ist)

Padang, (Antara Sumbar) - Tiga orang sastrawan Sumatera Barat (Sumbar), Rusli Marzuki Saria , Muhammad Ibrahim Ilyas dan Hendri Tedja menerima Penghargaan Sastra Indonesia 2017 yang diberikan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

Penghargaan tersebut diberikan langsung oleh Mendikbud, Muhadjir Effendy pada Sabtu 28 Oktober 2017 dalam rangka puncak peringatan bulan bahasa 2017.

"Penghargaan telah diberikan langsung oleh Mendikbud di Plaza Intan Berprestasi, gedung Kemdikbud RI," kata sastrawan Muhammad Ibrahim Ilyas saat dikonfirmasi di Padang, Minggu.

Ia menyebutkan Penghargaan Sastra Indonesia 2017 terdiri dari beberapa kategori, seperti puisi, novel, naskah dan juga cerpen.

Pada penghargaan ini sastrawan Rusli Marzuki Saria menerima Penghargaan Sea Write Award Kandidat Indonesia.

Sementara Muhammad Ibrahim Ilyas sendiri menerima penghargaan kategori naskah drama melalui buku Dalam Tubuh Waktu.

Beberapa sastrawan lain yang mendapat penghargaan adalah Ahmad Mustofa Bisri, Penghargaan Sastra Indonesia kategori puisi.

"Hendri Tedja menerima penghargaan sastra kategori novel dan Sungging Raga untuk penghargaan sastra kategori cerpen," ujarnya.

Sementara itu Kepala Dinas Kebudayaan Sumbar Taufik Effendi menyebutkan pihaknya turut bangga atas penghargaan yang diterima oleh dua orang sastrawan Sumbar tersebut.

Menurutnya penghargaan tersebut merupakan pengakuan terhadap karya-karya yang telah dihasilkan dan hal ini semoga dapat menjadi contoh bagi generasi muda.

"Menjadi pujangga atau penyair butuh proses panjang. Hal tersebut butuh ketekunan, kecintaan terhadap kesusastraan serta memiliki jiwa yang besar. Inilah yang kemudian membuat dua sastrawan ini menjadi pujangga besar," katanya. (*)