Target 100 Korong SBS, Wusan Siap Dampingi Bangun Jamban

id # Padang pariaman # jamban

Target 100 Korong SBS, Wusan Siap Dampingi Bangun Jamban

LP2M gandeng wiraswata Jamban (Wusan) dalam pecapaian target 100 Korong bebas buang air besar sembarangan. (c)

Kampung Dalam, Padangpariaman (antara sumbar) Lembaga Pengkajian dan Pemberdayaan Masyarakat (LP2M) menggandeng Wirausaha Sanitasi (Wusan) untuk menyukseskan target 100 Korong (Jorong-red) di Kabupaten Padang Pariaman pada 2017, Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS).

Seorang tenaga fasilitator LP2M Zainal Abadi, mengatakan untuk menyelesaikan 100 Korong Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS) dalam waktu tersisa kurang lebih dua bukanlah perkara mudah, dari sisi teknis perlu pJikaja yang ahlu membuat jamban sehat, seperti dirilis, Sabtu.

Untuk pembangunannya membutuhkan teknisi yang mampu melakukan pemberdayaan masyarakat agar bisa membuat jamban sesuai standar kesehatan.

Dapat kita bayangkan, 100 Korong jika ada kebutuhan lima Jamban di masing-masingnya berarti ada 500 jamban yang akan dibuat, mencari tukang dari mana? ungkapnya.

Dalam pertemuan yang digagas oleh LP2M hadir sejumlah teknisi yang selama ini sudah membantu masyarakat membuat jamban sehat dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat.

Diantara yang hadir ada yang mampu membuat klosset dan septic tank di rumah masyarakat, mereka sudah memiliki cetakan sendiri.

Dalam pertemuan itu, Zainal berharap para Wusan dapat membantu masyarakat mendapatkan Jamban dengan harga yang terjangkau.

Zainal mengatakan, jika Wusan dapat mendampingi masyarakat membuat jamban sendiri tentu harga akan lebih murah. Secara teknis akan didampingi oleh Wusan agar masyarakat sendiri mampu membuat jambannnya sendiri sesuai standar kesehatan.

Akan tetapi lanjutnya, Wusan perlu kerja sama yang apik dengan Dinas Kesehatan ataupun nagari. Dinkes melalui Puskesmas dan nagari bisa mengorganisir masyarakat membuat jamban.

Kemudian Wusan datang medampingi teknis pembuatan, dan masyarakat dalam keluarganya yang membangun sendiri.

Jika di satu tempat ada empat atau lima jamban yang akan dibuat bisa didampingi oleh satu Wusan sehingga harga semakin bisa ditekan karena operasional barang bisa digotongroyongkan, pembangunanpun secara massif. Itulah cara mengejar pembangunan jamban.

Perlu kerja sama yang apik elemen yang ada maka pasti harga murah dan pembangunan bisa dilakukan secara massal. Upaya tersebut cukup efektif capai target yang ada, ujarnya.

Ketua Asosiasi Wusan, Syamsul Bahri mengatakan siap membantu masyarakat untuk pendampingan membuat jamban. Hal ini pernah dilakukan sehingga masyarakat terbantu dengan harga yang terjangkau.

Ia mengatakan, Wusan di Padang Pariaman sudah mampu membuat closset dan septic tank sendiri, ada cetakan yang bisa diantar ke rumah warga sehingga paket jamban bisa dibuat ditempat dan masyarakat bisa membuat sendiri dan harga pasti lebih murah.

Menurut dia, selama ini masyarakat beranggapan harga jamban mahal, sehingga urung membangun. Padahal menurutnya harga jamban itu bisa murah jika dikerjakan bersama dengan pemberdayaan harga yang timbul sekitar Rp800 ribu hingga Rp1 juta, masyarakat sudah bisa bangun paket jamban.

Wusan bisa membangun jamban murah dengan konsep pemberdayaan, masyarakat bisa bangun sendiri dengan anggara Rp800 ribu sudah sesuai standar kesehatan jelasnya.

Tentang harga jamban murah ini, menurut dia, tidak diketahui oleh masyarakat karena lemahnya bantuan sosialisasi dari berbagai pihak termasuk pemerintah daerah.

Wusan selama ini pernah dilatih oleh Dinas Kesehatan dan SNV Organisasi dari Belanda untuk mampu membuat jamban sehat dan membantu masyarakat membuat jamban murah.

Selain itu, menurut Syamsul, Wusan juga kesulitan modal. Selama ini masyarakat membuat jamban walaupun murah kebanyakan mereka tetap butuh mencicil pembayaran.

Jika ada modal cicilan jamban bisa dilakukan dan pembuatan jamban lebih banyak dan masyarakat hidup sehat, harapnya.

Selain modal cicilan, masyarakat juga akan mendapatkan harga murah jika operasional barang mudah, selama ini menurutnya kesulitan ada pada mengantar cetakan ke rumah warga sehingga butuh sewa mobil.