Selain Potensi Karhutla, Dehidrasi Juga Perlu Diwaspadai Warga Sumbar

id KEBAKARAN HUTAN

Selain Potensi Karhutla, Dehidrasi Juga Perlu Diwaspadai Warga Sumbar

Ilustrasi kebakaran hutan. ((AAP/Dan Himbrechts/via REUTERS ))

Padang, (Antara Sumbar) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Ketaping, Sumbar, mengimbau semua pemangku kepentingan agar mewaspadai potensi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang terjadi di beberapa daerah provinsi itu.

"Potensi Karhutla disebabkan oleh cuaca Sumbar cenderung cerah berawan karena kondisi curah hujan yang masih minim, suhu maksimum yang tinggi serta kelembaban yang rendah," kata Kepala Seksi Observasi dan Informasi BMKG Ketaping Padangpariaman, Budi Samiadji dihubungi dari Padang, Senin.

Potensi kebakaran lahan dengan level mudah dikendalikan itu terdapat di Kabupaten Dharmasraya (Koto baru dan sekitarnya), Pasaman (Rao Mapat), Limapuluh Kota (Kapur IX), dan Pesisir Selatan bagian Timur.

Dengan kondisi suhu maksimum 32 derajat cesius, juga perlu diwaspadai kesehatan masyarakat khususnya potensi dehidrasi ringan terutama pada siang hari.

Menurut BMKG Ketaping, hal itu disebabkan oleh sirkulasi siklonik atau siklon tropis LAN di Utara Fhilipina atau menjauhi wilayah Indonesia, daerah tekanan rendah di Samudera Hindia Barat Mentawai Sumbar, Madden Jullian Ossilation (MJO) phase enam atau dalam hal ini tidak ada penambahan uap air ke Sumbar.

Selanjutnya kerlambatan dan pertemuan massa udara di sekitar Mentawai serta Selatan Sumbar yang berpotensi pertumbuhan awan awan hujan, dan pergerakan massa udara cenderung dari Tenggara menuju Barat Laut.

"Secara umum wilayah Sumbar masih cenderung cerah hingga berawan dengan suhu 32 derajat celsius dan kelembapan minimum mencapai 50 persen," ujar Budi.

Meskipun cenderung cerah berawan, kata dia potensi hujan masih berpotensi terjadi di Kabupaten Tanah Datar, Limapuluh Kota, Sijunjung, Sawahlunto, Solok, Solok Selatan, Agam (Tiku dan Maninjau), Padangpariaman (Kayu Tanam dan Sicincin), Padang (Limau Manis, Indarung , Teluk Kabung dan sekitarnya).

Kemudian Pesisir Selatan (Painan, Tapan dan sekitarnya), Pasaman Barat bagian Utara, Dharmasraya bagian Selatan dengan potensi hujan yang bersifat lokal dan tidak merata dengan intensitas ringan hingga sedang.

Selain itu potensi angin kencang maksimum 30-35 kilo meter per jam namun tidak terjadi terus menerus yang terjadi di Kabupaten Solok Selatan, Pesisir Selatan, Mentawai, dan Padang bagian selatan.

Pihaknya meminta masyarakat juga mewaspadai perubahan cuaca mendadak, dan pihaknya akan memperbaharui jika ada perubahan dinamika atmosfir.

Sebelumnya Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya mengungkapkan data pada Juni 2017 terdeteksi 231 titik api (hotspot), lebih besar dibanding 2016 yang hanya 155 titik api, namun masih jauh dari data 2015 yang mencapai 2.043 titik api.

Sedangkan pada Juli 2017 datanya mencapai 558 hotspot lebih besar, dari Juli 2016 yang hanya 247, namun pada 2015 mencapai 2.043 titik api. (*)