Seniman Minang Gelar Minangkabau Art and Culture Festival di TIM

id Manikam Jajak

Seniman Minang Gelar Minangkabau Art and Culture Festival di TIM

Seniman Sumatera Barat menggelar Minangkabau Art and Culture Festival 2017 di Graha Bhakti Budaya Komplek Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta pada 9 hingga 13 Oktober 2017. (ANTARA SUMBAR/Istimewa)

Padang, (Antara Sumbar) - Seniman Sumatera Barat menggelar Minangkabau Art and Culture Festival 2017 di Graha Bhakti Budaya Komplek Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta pada 9 hingga 13 Oktober 2017.

Direktur Festival Aidil Usman saat dihubungi dari Padang, Senin, mengatakan salah satu tujuan festival ini ialah untuk menggali potensi lokal yang masih banyak belum diketahui masyarakat.

"Ini adalah festival yang kedua dan pada tahun ini mengusung tema Manikam Jajak," katanya.

Kegiatan ini digelar oleh seniman Minangkabau yang tergabung di bawah nama Minangkabau Art Forum kembali menggelar Minangkabau Culture and Art Festival (MCAF).

Menurut dia, festival ini diniatkan sebagai wadah baru bagi dialektika seniman Minangkabau untuk berbagi dalam mengembangkan seni dan budaya.

"Melalui kegiatan ini diharapkan akan lahir seniman-seniman yang cerdas, seniman-seniman yang dengan latar pijakannya mengerti dengan dasarnya," ujarnya.

Ia menambahkan perkembangan seni rupa Indonesia tak bisa dilepaskan dari capaian para perupa Minangkabau. Begitu juga tari kontemporer Indonesia, tak mungkin untuk tidak menyebut para seniman tari dari Minangkabau.

"Sebagaimana juga teater dan musik, para seniman Minangkabau memberikan tawaran-tawaran yang tak mungkin diluputkan begitu saja," kata dia.

Beberapa seniman yang terlibat dalam festival ini adalah Ery Mefri, Hartati, Jefriandi Usman, Anusirwan, Cilay, Armen Suwandi, Alfiyanto, Yaseer Arafat, Ali Sukri, Weendi H.S. Taufik Adam, Bebby Krisnawardi, Syahril Alek, dan S. Metron Masdison.

Selain pertunjukan seni, dalam festival ini juga diadakan pameran lukisan di sepanjang agenda oleh FORMMISI-YK dan juga diskusi beertemakan Minangkabau Menghadapi Revolusi pada 13 Oktober 2017.

Salah seorang seniman Sumbar, S. Metron Masdison mengatakan selain sebagai wadah silaturahmi, acara ini bertujuan untuk mengingatkan kembali sejarah seni Indonesia.

"Melalui festival ini bagaimana seniman Minangkabau ikut menegakkan tonggak-tonggak dalam kebudayaan. Hal tersebut tentu harus diikuti dengan kerja keras dan kerja sama seniman Minangkabau," katanya. (*)