Ilmuwan: Kemerosotan Tanah Sulut Kondisi Rawan Pangan di Afrika Timur

id Rawan Pangan Afrika Timur

Ilmuwan: Kemerosotan Tanah Sulut Kondisi Rawan Pangan di Afrika Timur

Rawan Pangan di Afrika Timur. (cc)

Nairobi, Kenya, (Antara Sumbar) - Kemerosotan tanah menjadi penyebab kondisi rawan pangan di Wilayah Afrika Timur, kata seorang ilmuwan Kenya baru-baru ini.

Eunice Wangui, insinyur senior Sistem Informasi Geografik (GIS) di Pusat Regional bagi Pemetaan Sumber Daya bagi Pembangunan (RCMRD), kelompok pemikir Afrika mengenai ilmu pengetahuan antariksa, mengatakan satu studi yang dilakukan dengan menggunakan data satelit mengungkapkan kegiatan manusia yang tak berkelanjutan mengakibatkan kemerosotan kualitas tanah.

"Tuntutan akan lahan bagi pembangunan ekonomi dan tekanan dari peningkatan penduduk mengarah kepada perubahan penggunaan lahan yang tak pernah terjadi sebelumnya, yang pada gilirannya mengakibatkan kondisi rawan pangan," kata wanita ilmuwan tersebut kepada orang yang menghadiri konferensi ilmu pengetahuan antariksa di Nairobi, Kenya.

Wangui mengatakan RCMED memang melakukan penilaian kemerosotan tanah di Kenya, Uganda, Tanzania, Djibouti, Somalia, Sudan, Ethiopia, Sudan Selatan, Eritrea, Rwanda dan Burundi, dan mendapati Ethiopia, Kenya dan Burundi sangat terpengaruh.

Wanita ilmuwan itu menyerukan dilancarkannya strategi reklamasi di ketiga negara tersebut dan wilayah Afrika pada umumnya, terutama di daerah tanah basah yang sangat terpengaruh oleh penggerogotan manusia.

"Masalah ini menjadi penyebab hilangnya produktivitas lahan dengan dampak pada kehilangan dan ekonomi," kata Wangui, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Senin pagi.

Ia mengungkapkan RCMRD telah berbagi peta yang dihasilkan oleh berbagai lembaga terkait pemerintah di Wilayah Afrika Timur guna memungkinkan mereka mengambil keputusan dengan dasar bukti yang berkaitan dengan perencanaan nasional dan ekosistem regional.

Temuan RCMRD tersebut, yang telah dihasilkan sejak studi itu dimulai pada 2013, saat ini membantu mendukung kajian kebijakan dan harmonisasi pembangunan lahan di wilayah tersebut.

Wilayah itu, yang memiliki penduduk 230 juta orang, telah kadangkala menghadapi kemarau dan kondisi rawan pangan.

Kegiatan manusia yang tak berkelanjutan dan berlangsung di daerah yang sudah rentan dan ditambah parah oleh gangguan alam seperti kemarau atau banjir mengakibatkan kemerosotan tanah dan pada gilirannya penggurunan.

"Kita perlu meningkatkan penggunaan data pengamatan Bumi bagi peningkatan keputusan mengenai penanganan sumber daya alam yang berkesinambungan," kata wanita ilmuwan tersebut.

Andalan ekonomi Wilayah Afrika Timur ialah pertanian, produksi pertanian dan ternak, yang menyediakan dasar bagi pasokan pangan dan pemasukian eksport, selain lapangan kerja buat lebih dari 80 persen penduduk.

Sektor pertanian --dalam pengertian yang paling luasnya-- memiliki sumbangan penting untuk menghasilkan pembangunan ekonomi di wilayah itu, dan menggerakkan hampir 70 persen pengasilan eksport. (*)