Prosesi "Maarak Saroban" Tabuik Pariaman Berlangsung Ricuh

id tabuik

Prosesi "Maarak Saroban" Tabuik Pariaman Berlangsung Ricuh

Petugas Pemadam Kebakaran (Damkar) Kota Pariaman menembakkan water canon untuk melerai kedua kubu anak Tabuik Pasa dan Subarang yang terlibat bentrok dalam prosesi Maarak Saroban, Kamis malam (28/9). Dalam kericuhan tersebut kedua kubu anak tabuik saling melemparkan air mineral, Gendang Tasa bahkan batu ke arah kerumunan. (Antara Sumbar/Muhammad Zulfikar)

Pariaman, (Antara Sumbar) - Prosesi "Maarak Saroban" dalam rangkaian Pesta Budaya Tabuik yang dihelat Pemerintah Kota Pariaman, Sumatera Barat berlangsung ricuh pada Kamis malam.

"Prosesi Maarak Saroban memang cenderung diwarnai aksi ricuh antara kedua kubu anak tabuik yaitu Pasa dan Subarang," kata salah seorang Tuo atau tokoh tabuik Pariaman Nasrun Jon (75) di Pariaman.

Ia mengatakan kericuhan pada prosesi tersebut karena kedua belah pihak bertemu di persimpangan Tugu Tabuik Pariaman yang hendak kembali ke rumah tabuik masing-masing.

Dalam kericuhan tersebut kedua kubu anak tabuik saling melemparkan air mineral, Gendang Tasa bahkan batu ke arah kerumunan massa.

Akibatnya salah seorang petugas keamanan gabungan terkena lemparan batu dan terpaksa dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan intensif.

Ribuan masyarakat Kota Pariaman ikut serta menyaksikan prosesi kelima pesta budaya tabuik tersebut. Dalam kericuhan para petugas keamanan terpaksa membentuk pagar betis dan menembakkan water canon mobil pemadam kebakaran untuk melerai kedua kubu yang saling bentrok.

Ia menilai hal tersebut masih dalam tahap kewajaran karena sudah menjadi tradisi turun temurun setiap penyelenggaraan even budaya itu.

"Tidak ada dendam yang melatarbelakangi prosesi ini, meskipun ricuh hal itu menggambarkan situasi perang Karbala antara pasukan tentara Raja Yazid melawan Imam Hosen cucu Nabi Muhammad SAW," katanya.

Ia menjelaskan prosesi kelima Maarak Saroban Hosen yang dilakukan tersebut melambangkan kebesaran dan penghormatan terhadap seorang pemimpin.

Dalam prosesi tersebut ujarnya, para anak Nagari Pasa dan Subarang mengiringi dengan tabuhan Gendang Tasa dan panji-panji serta batang obor.

Sebelumnya Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) setempat Effendi Jamal mengatakan pemerintah setempat telah meminta prosesi "Basalisiah" atau perseteruan dua kelompok massa dalam even Pesta Tabuik 2017 diganti dengan rangkaian seni tari gelombang.

"Beberapa tahun terakhir setiap dua kelompok Tabuik yakni Pasa dan Subarang "basalisiah" atau bertemu di persimpangan jalan selalu terjadi konflik yang menggambarkan perang Karbala, namun diharapkan penyelenggaraan kali ini diganti dengan kesenian tari saja," kata dia.

Ia mengatakan tujuan digantinya hal tersebut agar tidak menimbulkan konflik nyata yang dapat memicu kesan negatif antara kedua belah pihak.

"Meskipun konflik itu tanpa rasa dendam, namun aksi seperti saling melempar gendang dikhawatirkan dapat memicu konflik yang serius dan menimbulkan kesan tidak baik," kata dia.

Apalagi katanya, dengan diganti menjadi penampilan tari gelombang atau tari adat dinilai lebih memiliki kesan budaya yang positif dan membangun.

Meskipun adanya permintaan penggantian tersebut pihaknya tidak menampik bahwa konflik saat pertemuan dua kelompok tabuik dapat diredam. (*)