Solok Membentuk Tim Stabilitas Harga Bawang Merah

id bawang merah

Solok Membentuk Tim Stabilitas Harga Bawang Merah

Petani bawang merah. (ANTARA SUMBAR/Tri Asmaini)

Arosuka, (Antara Sumbar) - Pemerintah Kabupaten Solok, Sumatera Barat, membentuk tim stabilitas harga bawang merah untuk menstabilkan nilai jual komoditas itu di tingkat petani yang terus menurun dalam beberapa minggu ini.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Solok Admaizon yang diwakili Kepala Bidang Hortikultura Amri Fahmi di Arosuka, Selasa mengatakan tim stabilitas harga bawang ini sudah dibentuk beberapa bulan yang lalu.

Tim Stabilitas harga bawang ini terdiri dari kepala dinas pertanian, asisten koordinator kesra, Kepala UPTD koperasi, UKM, perindustrian dan perdagangan wilayah II, III, IV, Camat, Wali Nagari, dan Kelompok Tani terkait.

Pembentukan tim stabilisasi ini didasari UU No. 18 tahun 2012 tentang Pangan, UU no. 19 tahun 2013 tentang perlindungan dan pemberdayaan petani, dan lainnya.

Tim stabilisasi harga bawang merah berdasarkan Surat Keputusan Bupati Solok No. 520.333-2017.

Turunnya harga bawang merah ini disebabkan masuknya bawang merah dari daerah lain dan bawang impor dari negara asia

Selain itu, dinas juga sudah mengirim surat permintaan pembelian bawang merah kepada Bulog.

"Karena jika harga bawang merah di Solok masih di bawah harga ketetapan seharusnya, akan mempengaruhi produksi bawang karena petani mengurangi luas tanam bawang," ujarnya.

Beberapa alasan Bulog tidak bisa membeli bawang dikarenakan tidak mempunyai gudang yang memenuhi kriteria, tenaga teknis untuk merawat tidak ada.

Selain itu, belum adanya tempat pemasaran bawang merah dan penyusutan bawang merah yang relatif cepat.

Padahal sebelumnya, Bulog sudah berjanji akan membeli bawang merah jika harga di pasaran kurang dari Rp15 ribu.

"Harga bawang merah di tingkat petani paling rendah mencapai Rp7 ribu, ini memprihatinkan mengingat biaya produksi yang besar," ujarnya.

Sementara itu, Salah seorang petani bawang merah, Kasmudi mengatakan kesulitan mencari tenaga kerja terlatih, sehingga upah semakin tinggi. Secara tidak langsung, biaya produksi tinggi namun harga jual murah, menyebabkan petani merugi.

Ia berharap, kondisi seperti ini cepat berlalu dan ada jaminan harga yang layak untuk membeli hasil panen bawang para petani.

"Kalau kondisinya seperti ini terus, maka akan banyak petani yang akan pindah ke komoditas lain yang harganya lebih stabil, " ujarnya. (*)