BI : Pertumbuhan Investasi Sumbar Triwulan II Melambat

id Bank Indonesia

BI : Pertumbuhan Investasi Sumbar Triwulan II Melambat

Bank Indonesia. (Antara)

Padang, (Antara Sumbar) - Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan investasi di Sumatera Barat pada triwulan II 2017 melambat akibat masih minimnya penanaman modal pihak swasta dan terbatasnya belanja modal pemerintah.

"Pada triwulan I 2017 penanaman modal asing mencapai 3,5 juta dolar Amerika Serikat (AS), triwulan II turun menjadi 0,4 juta dolar AS, sementara penanaman modal dalam negeri triwulan I Rp570,7 miliar dan triwulan II turun jadi Rp237,7 miliar," kata Kepala BI perwakilan Sumbar Endy Dwi Tjahjono di Padang, Selasa.

Ia menyampaikan hal itu dalam Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Sumbar Triwulan II 2017.

Menurut dia belum optimalnya pengembangan industrialisasi hilir serta posisi geografis yang kurang strategis sering menjadi alasan utama calon investor menunda realisasi investasi di Sumatera Barat.

"Selain itu, permasalahan klasik seperti panjangnya proses pembebasan dan pemanfaatan lahan serta belum adanya pemetaan lokasi investasi turut menjadi kendala pengembangan investasi," kata dia.

Pada sisi lain kinerja investasi melambat karena masih terdapat banyak investor yang telah memperoleh izin PMA dan PMDN di Sumatera Barat, namun belum merealisasikan investasinya sebagaimana yang dijadwalkan.

Sementara dari sisi pemerintah hal itu terjadi karena terbatasnya realisasi belanja modal pada triwulan II 2017 yang hanya 13,8 persen dari target APBD.

Ada beberapa proyek pengadaan yang telah selesai sesuai jadwal namun belum dibayarkan oleh pemerintah karena pihak vendor belum melakukan penagihan, ujarnya.

Selain itu, ia melihat restrukturisasi Satuan Kerja Perangkat Daerah yang mulai berlaku sejak Januari 2017 menyebabkan pemda melakukan revisi anggaran terlebih dahulu karena anggaran awal masih memperhitungkan SKPD sebelum restrukturisasi.

Di sisi lain, minimnya proyek strategis nasional di provinsi ini akibat letak wilayah yang berada di jalur pantai barat ditengarai turut menjadi penyebab deselerasi investasi di Sumatera Barat, katanya.

Sebelumnya Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BKPM PPT) Sumbar Maswar Dedi menyebutkan target investasi ke Sumbar pada 2017 sebesar Rp6,5 triliun yang berasal dari investor dalam dan luar negeri.

Sampai Juli baru sebanyak 20 persen target investor yang tercapai dari Rp6,5 triliun, sebenarnya sudah bisa mencapai angka 40 persen namun ada beberapa kendala yang perlu diselesaikan, ujarnya.

Namun demikian, ia mengatakan realisasi invenstasi dari Supreme Energy yang sebanyak Rp1,8 triliun jika dimasukan ke triwulan III maka pencapaian target bertambah hingga 70 persen.

Jika diamati, kata dia, untuk investasi terbesar Sumbar saat ini berasal dari pengembangan energi panas bumidi Solok Selatan.

Selain itu beberapa investasi di Sumbar yang memegang peran terbesar lainnya yakni dari sektor industri crude palm oil (CPO) atau minyak kelapa sawit, karet, perdagangan, hotel, dan pariwisata.

Terkait fokus Sumbar saat ini, ia mengatakan pihak pemerintahan provinsi memang tengah fokus mengembangkan sektor pariwisata untuk mendatangkan para investor. (*)