Jilatang Is Installed Pukau Masyarakat Batusangkar

id Teater

Jilatang Is Installed Pukau Masyarakat Batusangkar

Ilustrasi.

Batusangkar, (Antara Sumbar) - Masyarakat Kota Batusangkar, Sumatera Barat, cukup terkesima dengan suguhan pertunjukan teater berjudul Jilatang Is Installed #2: Welcome to Ranah Miang, karya seniman Wendy, HS di Gedung Nasional Suri Maharajo Dirajo Batusangkar.

"Kita mencoba adanya peristiwa budaya dan seni di Batusangkar melalui penampilan pertunjukan teater ini,"'kata Wendy usai petunjukan di Batusangkar, Kamis.

Ia menyebutkan sebagai aktor dan sutradara berupaya melakukan adanya peristiwa budaya, seni dan pementasan disini karena melihat bahwa selama ini tidak pernah tergerak hati seniman untuk berkreatifitas di Batusangkar.

Ia mengharapkan agar pagelaran ini sebagai awal menggerakan kegiatan seni budaya di Tanah Datar, yang tentu butuh dukungan seniman dan masyarakat untuk menyemangatinya.

"Kita memilih Kota Batusangkar sebagai tempat pertunjukan karena dunia seni kini tengah tumbuh, berkembang, serta menggeliat," katanya.

Ia menyampaikan Batusangkar sebagai salah satu kota yang perlu didorong untuk pertumbuhan seni pertunjukan. Ekosistemnya sedang bergerak maju. Kehadiran Jilatang Is Installed #2: Welcome to Ranah Miang dikesankan memberi semangat baru.

Dikatakannya, pertunjukan inovatif berdurasi 60 menit dengan dukungan Kelola, First State Invesments dan Citi tersebut merupakan produksi untuk mengembangkan elemen artistik Tapuak Galemboang dalam tradisi Randai masyarakat Minangkabau sebagai suatu metode laku pertunjukan, yang disebut sebagai total acting method.

"Total Acting merupakan upaya melebur unsur laku dramatik dalam seni teater, unsur gerak dalam seni tari, dan unsur bunyi dalam seni musik sebagai kesatuan laku internal dari tubuh aktor atau performer, sebagaimana prinsip dasar yang dikandung elemen artistik Tapuak Galembong," katanya.

Karya Hilatang Is Installed #2: Welcome to Ranah Miang ini, peleburan unsur gerak yang dilakukan adalah dengan mengembangkan gerak dasar silek sebagai daya ungkap yang menyatu dengan unsur bunyi atau suara, sebagai laku yang juga dramatik.

Bertolak dari hasil pembacaaan ulang atas mitos tumbuhan jilatang atau jelatang atau Toxicodendron radicans dalam masyarakat Minangkabau, sebagai tumbuhan bermiang yang menyebabkan gatal jika tersentuh kulit.

Pembacaan ulang ini lebih melihat fenomena sosial jilatang sebagai tumbuhan yang ditakuti dan dihindari, tetapi justru ketakutan itu juga berada dan dipelihara sebagai tonggak penyangga bangunan balai adatnya, yaitu tonggak tareh jilatang balairuangsari di Nagari Tabek, Pariangan, Tanah Datar.

Menurutnya, fenomena ini kemudian akan ditarik dalam konteks kekinian atas maraknya upaya penambangan dan pembabatan hutan, keberadaan mesin-mesin dan alat berat pada satu sisi dianggap menakutkan dan dihindari.

Pada sisi lainnya, tambahnya, dibutuhkan untuk tonggak perekonomian. Salah satu fenomena paradoks dalam perkembangan sosial masyarakat Minangkabau hari ini. (*)