Museum Tambang Lubang Mbah Suro Dilengkapi Diorama

id Museum tambang Sawahlunto

Museum Tambang Lubang Mbah Suro Dilengkapi Diorama

Museum tambang Sawahlunto. (*)

Padang, (Antara Sumbar) - Museum tambang Sawahlunto, Sumatera Barat, segera dilengkapi dengan diorama sejarah pertambangan batu bara di daerah itu dalam upaya pengembangan dan pembenahan destinasi wisata sejarah itu ke depannya.

"Pengembangan Museum Lubang Mbah Suro adalah dengan meningkatkan kemasannya agar semakin menarik dan nyaman dikunjungi," ujar Kepala Dinas Kebudayaan, Peninggalan, Bersejarah, dan Permuseuman Kota Sawahlunto Hendri Thalib ketika dihubungi di Sawahlunto, Kamis.

Sejumlah pengembangan yang akan dilakukan adalah penambahan pencahayaan agar lebih menarik, meninggikan blower agar pengunjung tidak kepanasan, serta perbaikan drainase yang berada di lubang tambang dan menambahkan diorama terkait sejarah tambang tersebut.

Ia menjelaskan, drainase di Lubang Mbah Suro yang ada kini belum maksimal mengalirkan air yang berada di jalan dalam lubang sehingga becek. "Nanti akan ditambah kedalamannya sehingga pengunjung seolah-olah tidak berjalan di atas air.

Ini pasti membuat pengunjung kurang nyaman," ujarnya.

Terkait penambahan kedalaman Lubang Mbah Suro, ia menyebutkan hal itu tidak mungkin dilakukan. Saat penelitian pada 2014 penambahan kedalamannya Lubang Mbah Suro tidak fleksibel karena ada turunan dari lubang itu yang digenangi air.

"Kita tingkatkan kualitasnya saja," ujarnya.

Sementara seorang pemandu wisata Museum Lubang Mbah Suro, Sudarsono menyebutkan kunjungan wisata ke lubang tambang yang sebelumnya bernama Lubang Sugar ini sekitar 30 hingga 40 orang pada hari biasa.

"Jika pada akhir pekan terjadi peningkatan 100 pengunjung lebih," ujarnya.

Selain wisatawan nusantara, sebutnya juga tidak sedikit wisatawan mancanegara yang berkunjung ke objek wisata itu, seperti dari Malaysia dan Belanda.

Wisatawan asal Belanda, sebutnya selain berkunjung juga ingin mengetahui keberadaan nenek/kakek-nya yang konon pernah bekerja di Sawahlunto saat jaman kolonial.

"Mereka ke sini ada yang bawa foto. Bahkan foto-foto yang berada gedung info box merupakan sumbangan dari mereka," katanya.

Seorang wisatawan asal Flores, Yosep, menyebutkan keberadaan museum tambang batu baru itu perlu dipertahankan dan lebih dipromosikan kembali. "Saya diberitahu teman kalau ada museum ini. Saya dari Flores," tambahnya. (*)