Pegiat Lingkungan Garut Diundang Jerman

id sampah

Pegiat Lingkungan Garut Diundang Jerman

Kadis LH Kab. Solok, Syaiful meninjau peserta yang tengah asik membuat kerajinan berbahan limbah sampah (Antara Sumbar/Tri Asmaini)

Bandung, (Antara Sumbar) - Pemerintah Jerman mengundang para pegiat lingkungan di Indonesia salah satunya dari Kabupaten Garut, Jawa Barat, untuk membahas berbagai persoalan dan penanggulangan sampah.

"Awalnya ada 60 komunitas lingkungan hidup, namun disaring lagi menjadi 18, salah satunya dari Garut yakni saya sendiri yang dapat kesempatan tersebut (ke Jerman)," kata Ketua Paragita sebuah komunitas lingkungan dan pengelolaan sampah Kabupaten Garut, Gita Noorwardhani kepada wartawan di Garut, Minggu.

Ia menuturkan, Kementerian Ekonomi dan Energi dari Jerman sudah beberapa kali melakukan kerja sama dengan Indonesia dalam penanganan dan pengelolaan sampah.

"Pada saat ini kembali dilakukan lagi dengan tema penanganan sampah dan pengelolaannya," kata Gita.

Ia menyampaikan, rencananya agenda di Jerman tersbeut akan berkunjung ke beberapa instansi, sekolahan, kementerian, serta lembaga lainnya.

Kunjungan itu, lanjut dia, untuk melihat secara langsung tata cara penanganan dan pengolahan sampah, sekaligus diperkenalkan teknologinya.

"Jadi di sana nanti kita belajar ke beberapa instansi, sekolahan, dan kementerian melihat teknologinya seperti apa," katanya.

Ia berharap, hasil kunjungan ke Jerman nanti dapat mempunyai solusi yang lebih baik dalam tata cara penanganan dan pengolahan sampah di Kabupaten Garut.

Selain itu, lanjut dia, teknologi yang diterapkan Paragita di Garut dapat dikombinasikan dengan teknologi sampah di Jerman sehingga mendapatkan hasil yang lebih baik.

"Kegiatan ini akan saya gunakan untuk memperkenalkan sejumlah produk hasil olahan sampah yang kita miliki," katanya.

Ia menyampaikan, Paragita sudah tiga tahun mengabdikan diri kepada masyarakat dalam penanganan dan pengelolaan sampah di Kabupaten Garut.

Program yang dilakukannya, kata dia, secara swadaya masyarakat tanpa ada bantuan apapun dari pemerintah daerah dalam pengelolaan sampah menjadi manfaat.

"Semuanya kita lakukan secara swadaya tanpa adanya bantuan apapun dari pemerintah setempat," katanya.

Ia mengungkapkan, saat ini sudah ada 20 desa di Garut yang tergabung dengan dirinya melakukan gerakan penanggulangan sampah menjadi kerajinan, kemudian membuka pemasaran produk yang dihasilkannya.

"Desa yang telah dibinanya itu, rata-rata hanya dalam waktu tiga bulan sudah bisa mandiri, bahkan perkembangannya sudah melebihi harapan," katanya.

Ia berharap, Pemerintah Kabupaten Garut dapat ikut terlibat dalam menyosialisasikan penanggulangan sampah dari sumbernya, bukan hanya menangani persoalan pengangkutan sampah dari tempat pembuangan sementara ke tempat pembuangan akhir sampah.

"Harus ada kerjasama antara birokrasinya dan masyarakatnya,jangan sampai adanya keengganan dari masyarakat," katanya. (*)