Wali Kota Sawahlunto Berharap Songket Jadi PDH secara Nasional

id SISca 2017

Wali Kota Sawahlunto Berharap Songket Jadi PDH secara Nasional

Wali Kota Sawahlunto Ali Yusuf (kanan) didampingi staf ahli Menteri Dalam Neger bidang Ekonomi dan Pembangunan Hamdani (dua kanan) meninjau stan peserta pameran songket nusantara dalam acara Sawahlunto International Songket Carnival (SISCa) 2017 di Sawahlunto, Jumat (25/8). (ANTARA SUMBAR/Joko Nugroho)

Sawahlunto, (Antara Sumbar) - Wali Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, Ali Yusuf berharap baju songket Silungkang dijadikan pakaian dinas harian (PDH) bagi aparatur sipil negara (ASN) secara nasional selain batik.

"Kami berharap Kementerian Dalam Negeri bisa menjadikan songket menjadi pakaian bagi ASN secara nasional setelah batik," ujarnya seusai pembukaan Sawahlunto International Songket Carnival (SISCa) 2017 di Sawahlunto, Jumat (25/8).

Ia menyebutkan pemerintah setempat kini sedang jojoran mempromosikan songket Silungkang agar terkenal di seantero nusantara, salah satu dengan menggelar Sawahlunto International Songket Carnival (SISCa).

Dari event yang telah digelar selama tiga tahun lalu ini, sejak 2015, sebutnya telah muncul inovasi dan kreativitas perajin songket.

Bahkan, tambahnya perajin songket Silungkang bukan hanya muncul di daerah asalnya, yakni Kecamatan Silungkang, melainkan telah merambat ke kecamatan lainnya, yakni Talawi, Barangin, dan Lembah Segar.

Ia mengemukakan dari 1.256 usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) songket di daerah itu, sebanyak 837 UMKM telah mampu memasarkan ke luar daerah. Dalam seharinya, sebutnya UMKM itu telah mampu menghasilkan 193 helai.

Sebagai upaya regenerasi, lanjutnya pemerintah setempat telah membuka jurusan tata busana di salah satu SMK Negeri daerah itu pada 2014/2015. Sehingga, songket tidak lagi dipasarkan dalam bentuk bahan sandang melainkan telah terdapat produk turunannya.

"Generasi muda Sawahlunto harus mampu berinovasi dan kreatif melalui songket Silungkang ini," ujarnya.

Ia menerangkan Sawahlunto akan menjadi tuan rumah Jambore Pemuda Indonesia 2017 pada November mendatang yang dihadiri pemuda dari 34 provinsi di Indonesia.

"Kesempatan ini akan kami gunakan dengan mengajarkan kepada peserta Jambore Pemuda itu belajar membuat songket. Selama 22 hari kami yakin mereka telah mampu membuat songket," jelasnya.

Pelatihan ini, sebutnya upaya Pemkot Sawahlunto dalam menggaungkan songket Silungkang hingga ke nusantara.

"Nanti, kami akan membekali mereka dengan alat tenun bukan mesin. Hasil produksinya, Sawahlunto yang akan membeli," ujarnya.

Sementara Staf Ahli Menteri Dalam Negeri Bidang Ekonomi dan Pembangunan Hamdani mengapresiasi upaya Pemkot Sawahlunto dalam merakyatkan pemakaian baju songket dalam keseharian.

"Songket dulu hanya dipakai dalam acara tertentu, tapi kini sudah menjadi pakaian harian," katanya.

Informasi yang ia terima, tambahnya bahwa telah ada inovasi dari pemerintah Sawahlunto bahwa pakaian dinas harian ASN di daerah itu telah menggunakan baju songket.

"Bahkan pakaian dinas harian dengan songket telah digunakan ASN dari Rabu hingga Jumat. Untuk baju yang dipakai setiap Rabu, telah dimodifikasi dengan songket," ujarnya.

Ia menambahkan dirinya mendukung rencana Pemkot Sawahlunto menjadi songket sebagai pakaian ASN secara nasional, namun harus dimulai dari tingkat provinsi terlebih dahulu.

"Kami mendukung itu," tambahnya. (*)