Perantau Minang di Australia Apresiasi "Kopi Dinding"

id Kopi Dinding

Perantau Minang di Australia Apresiasi "Kopi Dinding"

Perantau Minang di Autralia, ketika mendatangi Lapau Ongga di Kawasan Pasar Mudik Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar),Jumat (4/8), untuk menyaksikan langsung gerakan sosial "Kopi Dinding". (ANTARA SUMBAR/Fathul Abdi)

Padang, (Antara Sumbar) - Sebanyak 13 perantau Minang di Australia, kunjungi kedai Lapau Ongga di Kawasan Pasar Mudik Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar), sebagai tempat digulirkannya gerakan sosial "Kopi Dinding".

"Kami merasa tertarik ketika mendengar gerakan sosial "Kopi Dinding" ini. Karena terkandung kepedulian sosial di dalamnya, lalu berkunjung," kata Ketua Minang Senior Citizen Comunity (MSCC) Iskandar Harun, di Padang, Jumat.

Ia mengapresiasi gerakan sosial itu karena mengusung aksi langsung, tidak hanya sekedar teori ataupun perencanaan.

"Kami akan membicarakan program ini kepada sesama perantau di Australia, mungkin perantau yang lain juga ingin berpartisipasi," katanya.

Sebelumnya, MSCC adalah komunitas yang dibuat perantau Minang di Sydney, dengan anggota sekitar empat puluh orang dari berbagai pekerjaan dan profesi.

Usai mengunjungi warung itu, para perantau asal Australia itu juga ikut mendonasikan uangnya untuk ditukar dengan makanan, yang nantinya bisa dinikmati warga yang kurang mampu secara gratis.

Sementara penggagas program kopi dinding, Miko Kamal, mengatakan sengaja mengundang perantau itu agar program kopi dinding terus disebarluaskan.

"Semakin banyak yang tahu, semoga semakin banyak yang merasa peduli dan tergerak hatinya untuk memberikan bantuan," katanya.

Ia mengatakan program kopi dinding yang awalnya ada di tiga tempat Kota Padang, saat ini tersisa dua tempat. Yaitu Lapau Ongga, dan kedai di Universitas Bung Hatta.

Sementara di luar kota Padang, katanya, program kopi dinding telah berjalan di Payakumbuh dan Dharmasraya.

Sebelumnya, kopi dinding adalah gerakan sosial yang digagas untuk berbagi makanan ataupun minuman kepada orang kurang mampu, dengan mekanisme seperti voucher gratis.

Sederhananya, ketika seseorang membeli seporsi makanan di Lapau Ongga, kemudian membayar seharga dua porsi. Satu porsi yang dibayarkan lebih itu kemudian ditempelkan di dinding dengan stiker.

Tidak hanya untuk makanan, hal itu juga berlaku untuk minuman sesuai permintaan dan harga yang dibayarkan donatur.

Seluruh menu yang tertempel dengan stiker di dinding itulah nantinya yang bisa dinikmati secara gratis oleh warga kurang mampu. (*)