Inflasi Sumbar Ramadhan Terendah Keempat Nasional

id Bank Indonesia, Inflasi Sumbar, Ramadhan

Inflasi Sumbar Ramadhan Terendah Keempat Nasional

Kepala BI perwakilan Sumbar Puji Atmoko (kanan) bersama Gubernur Sumbar Irwan Prayitno (kiri) memimpin pertemuan tingkat tinggi evaluasi inflasi Sumbar selama Ramadhan dan Idul Fitri. (ANTARA SUMBAR/Ikhwan Wahyudi)

Padang, (Antara Sumbar) - Bank Indonesia Perwakilan Sumatera Barat mencatat inflasi bulanan di provinsi itu pada Juni 2017 atau selama Ramadhan merupakan terendah keempat secara nasional dan terendah ketiga dari seluruh provinsi di Sumatera.

"Inflasi bulanan Sumbar pada Juni 2017 mencapai 0,32 persen dan ini relatif baik karena sebelumnya berdasarkan perkiraan kami sekitar 0,5 persen," kata Kepala BI perwakilan Sumbar Puji Atmoko di Padang, Rabu.

Ia menyampaikan hal itu pada pertemuan tingkat tinggi Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Sumbar dihadiri oleh Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno serta pemangku kepentingan terkait dari kabupaten dan kota.

Puji memaparkan pada Ramadhan tersebut komoditas penyumbang inflasi di Sumbar adalah kenaika tarif listrik dengan andil 0,24 persen dan tiket pesawat udara dengan andil 0,08 persen.

Menurutnya dalam tiga tahun terakhir inflasi pada Ramadhan 2017 merupakan yang terendah dengan rincian pada Ramadhan 2014 0,82 persen, Ramadhan 2015 1,26 persen, Ramadhan 2016 1,52 persen dan Ramadhan 2017 0,32 persen.

Sementara di Sumatera daerah dengan inflasi bulanan tertinggi adalah Bangka Belitung mencapai 1,40 persen karena sejak empat bulan terakhir terjadi kenaikan tiket pesawat udara dan yang paling rendah Sumatera Utara berada pada posisi 0,26 persen.

Pada sisi lain ia mengatakan sejumlah komoditas yang selama ini pada Ramadhan menjadi penyumbang inflasi malah mengalami deflasi seperti cabai merah dengan andil 0,25 persen, beras 0,10 persen dan bawang putih 0,05 persen.

"Melimpahnya pasokan cabai merah merupakan dampak berlanjutnya panen di berbagai sentra produksi baik di Sumatera Barat maupun daerah lain di Sumatera dan Jawa," kata dia .

Selain itu, banyaknya kegiatan pasar murah yang dilakukan oleh instansi terkait selama Ramadhan serta telah efektifnya kerja Satgas Pangan yang dipimpin oleh Kepolisian Daerah Sumatera Barat cukup efektif meredam gejolak harga pangan di pasar dan semakin lancar distribusi barang, lanjut dia.

Sementara Gubernur Sumbar Irwan Prayitno mengatakan ada beberapa faktor pemicu ifnflasi yang tidak bisa diatasi di daerah seperti penaikan tarif dasar listrik karena hal itu merupakan kebijakan pemerintah pusat.

Kenaikan tarif listrik berdampak pada kenaikan sejumlah komoditas seperti sewa kontrak rumah hingga harga komoditas karena terjadi peningkatan biaya produksi oleh produsen, ujar dia.

Kemudian juga salah satu penyumbang inflasi di Sumbar selama Ramadhan adalah kenaikan tiket pesawat dan hal itu juga tidak bisa diatur karena merupakan kewenangan maskapai mengacu pada tarif batas atas yang ditetapkan Kementerian Perhubungan.

"Gubernur tidak bisa menurunkan harga tiket pesawat, walaupun sudah pernah disurati kenaikan tersebut tidak menyalahi aturan yang ada," katanya.

Berikutnya pemicu inflasi yang tidak bisa ditangani adalah cuaca karena akan mempengaruhi produksi komoditas pangan, namun untuk pola tanam bisa dikondisikan, lanjut dia.

Ia memberi contoh saat ini harga cabai murah karena dilakukan pengaturan pola tanam sehingga saat Lebaran pasokan melimpah. (*)