Teliti Sebelum Membeli, Masih Ditemukan Minuman Kemasan Kadaluwarsa di Agam

id Minuman Kadaluwarsa, Agam

Teliti Sebelum Membeli, Masih Ditemukan Minuman Kemasan Kadaluwarsa di Agam

Ilustarsi - Petugas Balai Besar Obat dan Makanan (BPOM) Sumbar memeriksa makanan di salah satu supermarket, di Padang, Sumatera Barat. (ANTARA FOTO/Muhammad Arif Pribadi/kye/17)

Lubukbasung, (Antara Sumbar) - Tim Pengawasan Peredaran Barang dan Jasa (TPPBJ) Kabupaten Agam, Sumatera Barat, menemukan belasan botol minuman kemasan dan makanan yang sudah kadaluwarsa dipajang di sejumlah toko di pasar tradisional di daerah itu.

Sekretaris Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Agam, Adrinal di Lubukbasung, Jumat menyampaikan minuman dan makanan kadaluwarsa itu ditemukan di Pasar Tiku pada Senin (10/11), Pasar Balai Selasa pada Selasa (11/7) dan Pasar Maninjau pada Rabu (12/7).

"Sebagian minuman dengan jenis teh botol dan makanan ringan itu kita sita untuk sampel dan sisanya dipisahkan ke daerah lain oleh pedagang untuk dikembalikan ke distributor," katanya.

Selain itu, tim yang terdiri dari Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi Usaha Kecil dan Menengah, Polres Agam, Satpol PP-Damkar, Dinas Kesehatan dan lainnya juga menemukan minuman kemasan yang sudah berubah bentuk.

Menurutnya produk kadaluwarsa di pasar itu tidak begitu banyak ditemukan.

Ini disebabkan para pedagang sudah mulai memisahkan produk kadaluwarsa di tokoh mereka. Setelah itu diganti kepada distributor dan ini terjadi setelah tim rutin melakukan pemeriksaan menjelang Ramadhan sampai Lebaran.

Saat itu, tim menyita puluhan produk kadaluwarsa, makanan mengandung boraks dan zat kimia lainnya yang terpajang di toko.

"Dalam waktu dekat kita akan memusnahkan produk tersebut," katanya.

Anggota DPRD Agam, Jondra Marjaya memberikan apresiasi kepada tim yang telah melakukan pengawasan produk kadaluwarsa dan makanan mengandung zat berbahaya di pasar tradisional.

Dengan cara ini, dapat melindungi para konsumen sehingga tidak mengonsumsi makanan tersebut.

"Makanan ini bisa merusak kesehatan warga yang mengonsumsi makanan itu," katanya. (*)