Padang, (Antara Sumbar) - Pemerintah Sumatera Barat (Sumbar) menargetkan 7.000 orang guru SMA dan sederajat di provinsi itu mengikuti tes Inspeksi Visual dengan Asam asetat (IVA) sebagai upaya deteksi dini kanker mulut rahim.
"Kanker mulut rahim merupakan pembunuh wanita nomor satu, karena saat ini SMA sudah dibawah kewenangan provinsi, maka kami menargetkan seluruh guru melakukan tes IVA sebagai antisipasi," kata Ketua Tim Penggerak PKK Sumbar, Ny Nevi Irwan Prayitno di Padang, Kamis.
Ia menyampaikan hal itu pada pencanangan Bulan Bakti Deteksi Dini Kanker Serviks yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan di SMU Negeri 4 Padang.
Menurutnya perempuan harus sehat karena perannya strategis mulai dari menjadi guru hingga mengurus keluarga.
Oleh sebab itu PKK provinsi akan bersinergi dengan BPJS Kesehatan agar lebih banyak lagi perempuan yang melaksankan tes IVA sebagai deteksi dini kanker mulu rahim, katanya.
Tidak hanya itu Nevi juga meminta Kepala Sekolah tingka SD dan SMP agar menganjurkan guru-guru perempuan mengikuti IVA tes.
Sementara Kepala Bidang Penjaminan Manfaat Primer BPJS Kesehatan cabang Padang, Meri Lestari menyebutkan hingga saat ini sebanyak 6.190 perempuan di Sumbar telah mengikuti tes IVA dan papsmear.
Dari 6.190 orang tersebut 2.407 orang berada di Padang dan dari semua yang mengikuti tes sebanyak 32 orang dinyatakan positif, ujarnya.
Menurutnya jika ada peserta yang dinyatakan positif mengidap kanker mulut rahim untuk di Padang akan dirujuk ke Puskesmas Padang Pasir di Kecamatan Padang Barat untuk menjalankan pengobatan lebih lanjut dan yang diluar Padang dirujuk ke Rumah Sakit.
Sementara pada Bulan Bakti deteksi dini kanker serviks dan memperingati ulang tahun BPJS Kesehatan ke-49 ditargetkan sebanyak 1.200 perempuan mengikuti tes IVA di Padang.
"Kami menyelenggarakan Bulan Deteksi Dini Kanker Serviks bagi peserta JKN-KIS diseluruh Indonesia mulai 13 Juli sampai 31 Juli 2017," katanya.
Ia menyampaikan layanan pemeriksaan IVA/Papsmear ini dijamin oleh BPJS Kesehatan, sehingga peserta JKN-KIS tidak perlu khawatir dengan biaya, jika setelah diperiksa dan peserta memerlukan penanganan lebih lanjut, maka akan dirujuk sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku.
Ia menambahkan berdasarkan data peserta BPJS Kesehatan secara nasional 2016, jumlah kasus kanker serviks di tingkat pelayanan Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL) mencapai 12.820 kasus dengan total biaya sekitar Rp56,5 miliar, sementara di tingkat Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL), tercatat ada 6.938 kasus dengan total biaya sekitar Rp87,1 miliar.
Meri menyampaikan kanker serviks umumnya baru terdeteksi ketika sudah stadium lanjut sehingga proses pengobatan yang harus dilakukan menjadi lebih sulit dan biaya pengobatannya pun menjadi lebih mahal.
Namun dibandingkan dengan jenis kanker lainnya, kanker serviks sebetulnya paling mudah dicegah dan dideteksi melalui deteksi dini dan pemberian vaksinasi, ujar dia. (*)
Berita Terkait
Legislator RI Nevi Zuairina minta UMKM Sumbar diperkuat menopang ekonomi warga
Sabtu, 28 Oktober 2023 16:45 Wib
Legislator: beroperasinya Pasar Serikat Lubukbasung Garagahan tingkatkan ekonomi pedagang
Senin, 12 Juni 2023 16:01 Wib
Anggota DPR-RI gelar sosialisasi BUMN pendorong inklusi keuangan
Selasa, 18 Oktober 2022 16:40 Wib
Legislator Nevi Zuairina serahkan bantuan dari PT Pelindo untuk Masjid di Limapuluh Kota
Minggu, 17 Oktober 2021 18:53 Wib
Legislator minta bantuan produktif usaha mikro tetap dianggarkan 2022
Minggu, 22 Agustus 2021 15:43 Wib
Nevi Zuairina dorong Alppind Payakumbuh aktif wujudkan ketahanan keluarga
Sabtu, 21 Agustus 2021 17:03 Wib
Gubernur: pelaku usaha mesti beradaptasi saat pandemi COVID-19, agar produktif
Rabu, 29 Juli 2020 21:23 Wib
Nevi Zuairina: Kebijakan sistem-mekanisme impor perlu direformasi
Kamis, 7 November 2019 15:09 Wib