Bukittinggi Deflasi 0,44 Persen Mei 2017

id BPS

Bukittinggi Deflasi 0,44 Persen Mei 2017

Badan Pusat Statistik (BPS). (Antara)

Bukittinggi, (Antara Sumbar) - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Kota Bukittinggi, Sumatera Barat, mengalami deflasi 0,44 persen pada Mei 2017 sebagai dampak dari penurunan indeks pada kelompok bahan makanan.

Kepala Seksi Distribusi BPS Kota Bukittinggi, Lisa Yanti di Bukittinggi, Jumat, mengatakan selama Mei 2017 masih terjadi penurunan harga komoditas terutama di kelompok bahan pangan.

Selain itu deflasi juga disumbang oleh penurunan harga di kelompok makanan jadi dan kelompok sandang.

Sejumlah komoditas yang mengalami penurunan harga selama Mei 2017 di antaranya beras, cabai merah, bawang merah, jeruk, ikan nila, apel, gula pasir, tarif pulsa ponsel dan lainnya.

Namun sejumlah komoditas tetap mengalami kenaikan harga beberapa di antaranya jengkol, bawang putih, bahan bakar rumah tangga, petai dan daging ayam ras.

Pada Mei 2017, dari 82 kota indeks harga konsumen (IHK), inflasi tertinggi terjadi di Kota Tual dan deflasi tertinggi terjadi di Kota Manado.

Sebelumnya, Kepala Bidang Perdagangan, Dinas Koperasi, Usaha Kecil, Menengah dan Perdagangan setempat, Alizar menyebutkan selama Mei 2017 atau jelang Ramadhan 1438 Hijriah sejumlah komoditas memang menunjukkan kecenderungan penurunan harga.

"Namun tetap ada yang alami kenaikan seperti bawang putih, tetapi yang paling sering bergolak seperti cabai merah justru cenderung turun," katanya.

Untuk menjaga kestabilan harga barang kebutuhan terutama selama Ramadhan dan jelang Idul Fitri, pihaknya telah menyosialisasikan harga eceran tertinggi (HET) tiga komoditas yang ditetapkan pemerintah pusat yaitu gula pasir, minyak goreng dan daging sapi beku.

"Di Bukittinggi tidak ada yang menjual daging beku, jadi yang kami informasikan adalah dua komoditas lainnya, yaitu gula pasir dan minyak goreng," katanya.

Sementara terhadap komoditas lain pihaknya tetap rutin melakukan pantauan mengantisipasi kemungkinan penimbunan atau kecurangan dan kendala lainnya yang menyebabkan kenaikan harga terlalu tinggi. (*)