Kebahagiaan Sambut Ramadhan dengan Marandang

id randang

Kebahagiaan Sambut Ramadhan dengan Marandang

Prosesi membuat rendang. (Antara)

Waktu baru menunjukkan pukul 06.00 WIB, namun selepas shalat Subuh, Nurlina sudah bersiap dengan pakaian rapi menuju Pasar Bandar Buat, Kecamatan Lubuk Kilangan, Sumatera Barat berlokasi sekitar tiga kilometer dari rumahnya.

Pada Jumat pagi,ia bergegas menuju pasar menggunakan angkutan kota hendak membeli daging sapi untuk dibuat rendang sebagai menu istimewa keluarganya menyambut hari pertama bulan Ramadhan 1438 Hijriah yang bertepatan dengan 27 Mei 2017.

"Ada yang kurang jika puasa pertama tidak ada rendang di meja makan untuk santap sahur dan berbuka," ujarnya.

Sudah menjadi kelaziman saat-saat istimewa seperti menyambut bulan Ramadhan, rendang menjadi menu wajib di meja makan warga Padang.

"Ini sebagai wujud syukur dan kebahagiaan menyambut hari baik bulan baik," lanjut ibu tiga anak itu.

Setiba di pasar, warga sudah ramai berbelanja, tidak hanya Nurlina , para ibu-ibu lainnya juga ikut antre berbelanja daging sapi segar yang baru saja dipotong.

"Kamarilah buk ko masih segar bantainyo ha" (Ayo kesini ibu-ibu daging sapinya masih segar), ucap penjual yang tidak henti melayani pembeli.

Kendati harga satu kilogram daging sapi mencapai Rp120 ribu tidak mengurung minat para ibu membelinya.

"Ada yang kurang kalau tidak membuat rendang di hari pertama, biarlah sedikit mahal asal ada," lanjut Lita ibu rumah tangga lainnya.

Memang tidak ada yang bisa memungkiri rendang adalah hidangan yang istimewa dan mendapat predikat makanan terenak di dunia versi CNN.

Usai membeli daging sapi Nurlina berbelanja bumbu untuk memasak rendang mulai dari kelapa yang sudah tua, cabai giling, bawang merah, bawang putih, kemiri, hingga jahe.

Tepat pukul 09.00 WIB, ia tiba di rumah dan mulai bersiap memasak rendang. Santan kelapa yang telah diperas terus diaduk dalam kuali dengan api kecil. Bumbu yang telah digiling halus perlahan dituangkan, tangannya pun tak henti mengaduk.

Perlahan aroma harum masakan mulai menyeruak memenuhi ruangan dapur sederhana rumahnya, dengan telaten ia terus mengaduk hingga dua jam berlalu sampai santan yang ada dalam kuali berubah warna menjadi kecoklatan.

Setelah santan tersebut berubah warna menjadi kecoklatan dan kandungan minyaknya mulai keluar, Nurlina mulai memasukkan potongan daging sapi berukuran sekepalan tangan sembari terus mengaduk.

Daging sapi tersebut mulai matang, namun belum kering dan baru disebut kalio atau gulai daging dengan kuah kental berwarna kuning kecoklatan.

Ia terus mengaduk hingga rendang dalam kuali mulai berubah warna menjadi coklat kehitaman dan rendang yang dimasaknya matang.

Meski lelah, ia senang sebentar lagi Ramadhan tiba dan dinihari besok ia sekeluarga akan menyantap sahur dengan rendang buatannya.

Sementara Melani warga Padang yang berprofesi sebagai pegawai negeri sipil sengaja ke pasar terlebih dahulu sebelum berangkat ke kantor untuk berbelanja bahan rendang.

"Menyambut puasa pertama, saya selalu memasak rendang, agar makan sahur lebih enak, anak-anak juga suka," kata dia.

Tidak mau ketinggalan warga Padang lainnya Diana mengirimkan paket rendang untuk anaknya yang kuliah di Bandung.

Melalui jasa pengiriman, ia mengirim satu kilogram rendang yang sudah dikemas rapi sebagai bekal untuk anaknya di Bandung.

Ini sudah rutin, setiap awal Ramadhan anak saya selalu dikirim rendang, biarpun hari pertama puasa tidak bersama, ia bisa makan rendang di rantau, ujar dia.

Tradisi marandang menjadi peluang rezeki bagi pedagang daging sapi musiman yang biasanya hanya berjualan pada momen tertentu.

Di beberapa lokasi strategis seperti di pinggir jalan di kawasan Pauh, Kuranji, Kalawi, Anduring, Andalas, Parak Gadang, dan Lubuk Begalung bermunculan pedagang daging sapi sehari sebelum Ramadhan.

Salah satu pedagang sapi dadakan di Kuranji, Bayu (30) mengatakan sudah tiga hari berjualan di tepi jalan Kuranji dan sudah tiga ekor sapi yang disembelih.

Terkait harga, sebut dia, tetap sama dengan di pasar yakni Rp120.000 per kilogram.

"Saya sengaja berjualan daging untuk memudahkan masyarakat sehingga tidak perlu ke pasar apalagi puasa sudah dekat," ujarnya. (*)