Kemenpar Fokus Kembangkan Ribuan "Homestay" Desa Wisata

id Arief Yahya

Kemenpar Fokus Kembangkan Ribuan "Homestay" Desa Wisata

Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya. (Antara)

Jakarta, (Antara Sumbar) - Kementerian Pariwisata (Kemenpar) fokus mengembangkan setidaknya 20.000 "homestay" desa wisata pada 2017 sejalan dengan karakter dan potensi desa di Indonesia.

Hal itu disampaikan Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pariwisata II-2017 untuk memperkuat sinergitas semua elemen dalam mewujudkan target nasional pariwisata di Birawa Assemby Hall, Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Kamis.

"Saya sudah kontak Pak Eko Putro Sandjojo, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi. Saya mengirim Deputi Pengembangan Destinasi dan Industri Kemenpar, Dadang Rizky untuk menindaklanjuti teknis dengan Dirjen PPMD Kemendes PDDT Prof Dr Erani yang ditunjuk sebagai penanggung jawab."

"Kami akan segera menentukan langkah percepatan untuk destinasi mana saja yang paling siap untuk diformat menjadi Desa Wisata," tutur Menpar Arief Yahya.

Ia menganggap peran dan dukungan konektivitas pariwisata dari seluruh kementerian/lembaga sebagai inkorporasi Indonesia merupakan hal yang sangat penting.

Oleh karena itu dalam Rakornas Pariwisata II-2017 tema yang diangkat yakni Indonesia Incorporated: 20.000 Homestay Desa Wisata pada 2017.

Dalam pertemuan tersebut dibahas antara lain legalitas lahan, pengembangan homestay desa wisata, skema pendanaan homestay desa wisata, dan skema pengelolaan homestay desa wisata.

"Strategi pengembangan pariwisata yang merupakan bagian dari Nawacita dalam rangka inkorporasi Indonesia melibatkan aturan ABCGM, yakni akademisi, bisnis, 'community', 'government', dan media," paparnya.

Desa wisata pertama kali digagas oleh Presiden Joko Widodo, Sabtu 15 Oktober 2016 di acara Sail Selat Karimata di Kalimantan Barat.

Desa wisata digagas sejalan dengan karakter dan potensi desa di Indonesia, sebanyak 74.954 tersebar di seluruh Nusantara, dengan 1.902 di antaranya sudah memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi Desa Wisata.

Selain keunikan alamnya, Desa Wisata sangat kental dengan daya tarik budaya dan momen hidup bersama penduduk lokal dan mengenal kehidupan mereka.

"Selain itu, homestay menjadi gerbang peluang bisnis jasa yang baru. Peluang tersebut diikuti dengan bisnis lain seperti penyewaan kendaraan, jasa kuliner, jasa parkir, jasa pemandu wisata, jasa binatu, dan cendera mata khas. Semua peluang tersebut membutuhkan SDM, sehingga homestay dinilai sebagai bisnis yang mampu membuka lowongan kerja dengan sendirinya," ujar Arief.

Pelaksanaan pariwisata Indonesia, sesuai dengan agenda Menteri Pariwsata, terdiri dari 3A, yakni atraksi, akses, dan amenitas.

Ketiganya dilaksanakan dengan melibatkan koordinasi untuk sektor promosi wisata, SDM, sarana dan prasarana.

Homestay tidak hanya sebagai amenitas (akomodasi rumah tinggal), tetapi juga sebagai atraksi wisata.

Menurut Arief, homestay memiliki daya tarik budaya yang sekaligus memungkinkan interaksi turis dengan penduduk setempat.

"Sementara sebagai amenitas, homestay dapat dijadikan tempat tinggal yang sehat, bersih, dan aman, bagi masyarakat sekaligus wisatawan, dengan pengelolaan berstandar internasional," katanya.

Untuk mencapai pembangunan, Kemenpar sebagai fasilitator, membagi menjadi empat mekanisme, yakni konversi, renovasi, revitalisasi dan bangun baru homestay, dengan target 20.000 homestay pada 2017.

Pelaksanaannya pun melibatkan peran pihak-pihak terkait, termasuk di dalamnya beberapa kementerian dan lembaga.

Di dalamnya, terlibat pelaksanaan konversi, renovasi, dan bangun baru yang merupakan skema pembangunan homestay.

Pembangunan tersebut melibatkan peran kementerian dan pihak serta instansi terkait.

Selain itu, pendanaan homestay desa wisata melibatkan peran Kementerian Desa PDTT, Kementerian PUPR, pihak investor, dan BUMN. (*)