Belum Ada Laporan Korban Ransomware di Sawahlunto

id virus Ransomware

Belum Ada Laporan Korban Ransomware di Sawahlunto

Ilustrasi - Virus Ransomware. (cc)

Sawahlunto, (Antara Sumbar) - Pemerintah Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, memastikan belum ada laporan tentang instansi pemerintahan di kota itu yang menjadi korban virus Ransomware.

"Kami sudah mengecek seluruh instansi pemerintahan serta pihak rumah sakit dan sekolah yang menggunakan sistem basis informasi dalam jaringan, seluruhnya menyatakan masih dalam keadaan aman," kata Kepala Bagian Komunikasi Informasi Persandian dan Humas Pemkot Sawahlunto Dodi Febrizal di Sawahlunto, Senin.

Sementara, lanjutnya, data laporan dari masyarakat pengguna jaringan internet terkait virus tersebut hingga saat ini juga belum ada, namun pihaknya tetap melakukan pemantauan secara menyeluruh.

Pihaknya mengimbau seluruh masyarakat pengguna agar tetap tenang dan tidak terpancing isu-isu yang belum teruji kebenarannya terkait masalah ini.

"Segera laporkan ke pihak berwajib jika ada oknum yang ingin memanfaatkan situasi dengan meminta mengirimkan sejumlah uang agar tidak terkena atau untuk memulihkan perangkat komputer dari serangan virus tersebut," imbaunya.

Kepala Sub Bagian Komunikasi dan Informasi, Bob Hepikris,menambahkan berdasarkan pengamatan pihaknya virus tersebut diketahui sudah ada sejak 2013 namun serangannya belum seluas saat ini.

"Salah satu upaya antisipasi yang bisa dilakukan adalah dengan memastikan antivirus yang digunakan sudah tepat dan sistem aplikasi berbasis windows yang digunakan sudah dimutakhirkan ke versi terbaru," kata dia.

Sementara itu, salah seorang pengguna jaringan internet di kota itu, Vivian Patricia(28), mengatakan ia bersama beberapa pengguna lainnya mengaku cemas akibat maraknya pemberitaan terkait serangan virus tersebut di Indonesia.

"Saya berupaya untuk waspada dan memilih untuk mengabaikan setiap pesan masuk pada aplikasi surat elektronik yang datang dari akun yang tidak saya kenal sebelumnya," ungkap dia.

Salah seorang pengguna lainnya, Lolita Berlian (18) mengatakan meskipun sudah diberitakan secara luas namun ia mengaku belum memahami bentuk serangan dan akibat yang ditimbulkan jika virus tersebut menyerang perangkat miliknya.

"Mudah-mudahan saya tidak menjadi korban karena saat ini saya sangat membutuhkan interaksi melalui internet untuk persiapan menghadapi ujian masuk perguruan tinggi," harapnya.

Sebelumnya Serangan siber pada Jumat menyerang 200.000 korban yang tersebar pada sekitar 150 negara dan jumlah itu dapat bertambah ketika para pegawai mulai kembali bekerja pada Senin, kata kepala badan kepolisian Uni Eropa pada Minggu.

Pakar keamanan dunia maya mengatakan bahwa penyebaran virus dengan nama ransomware WannaCry yang mengunci sistem komputer di perusahaan produksi mobil, rumah sakit, toko dan sekolah di beberapa negara telah melambat, namun setiap waktu dapat meningkat kembali.

Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kemenkominfo Semuel A. Pangerapan atau Sammy menyampaikan serangan siber ini bersifat tersebar dan masif serta menyerang critical resource (sumber daya sangat penting), maka serangan ini bisa dikategorikan teroris siber.

Di Indonesia, berdasarkan laporan yang diterima oleh Kominfo, serangan ditujukan ke Rumah Sakit Harapan Kita dan Rumah Sakit Dharmais. (*)