Sekolah Kejuruan di Prancis Belajar Tentang Indonesia

id budaya indonesia

Sekolah Kejuruan di Prancis Belajar Tentang Indonesia

Festival Budaya Indonesia. (Antara)

London, (Antara Sumbar) - Sekolah kejuruan bidang bangunan Bernard Chochoy, Lumbres, Prancis melibatkan 15 guru dari berbagai bidang serta siswanya untuk melaksanakan pembelajaran multidisiplin dengan tema khusus tentang Indonesia.

Penerapan pembelajaran dengan kultur dan seni Indonesia masuk sekolah di Prancis ini merupakan yang ketiga, setelah sebelumnya hal serupa dilaksanakan sekolah Jacques Prevert, Chateauneuf-sur-Sarthe dan Saint Pol-Roux, Brest, ujar Atase Pendidikan KBRI Paris Surya Rosa Putra kepada Antara London, Selasa.

Dikatakannya hasil pembelajaran dan kreativitas murid ditampilkan di hadapan tokoh-tokoh kota, orang tua murid dan warga setempat.

Sandie Budjana, guru sekolah yang juga pemenang Lomba Essai tentang Indonesia KBRI Paris, mencetuskan gagasan mengenalkan dan kemudian mencintai tentang Indonesia melalui sang suami yang berasal dari Bali, untuk menghadirkan Indonesia di tempatnya mengajar.

Kepala sekolah, Christophe Cortyl, sepakat menggerakkan 15 guru Matematika, B. Inggris, B. Belanda, Pertukangan, Geografi, dan Seni, untuk menyusun program pembelajaran lintas bidang (multidisipliner). Tema yang diambil adalah cerita rakyat, wayang, bangunan, dan lambang negara Indonesia.

Setelah tiga bulan, hasil kreasi itu ditampilkan di depan tim KBRI Paris. Para murid itu unjuk kebolehan, diantaranya ada struktur lumbung padi Minang dan congklak Jawa, buah pembelajaran matematika dan pertukangan. Serta berbagai kartu undangan berbentuk wayang dan karya tulis hasil interpretasi tentang cerita rakyat Indonesia.

Para siswa diberi kesempatan berdiskusi dengan enam mahasiswa Indonesia eks SMK di Tanah Air yang sedang belajar di BTS (Brevet de Technicien Suprieur) Prancis yang mendapat gambaran yang tentang perbedaan pendidikan dan kultur antara Indonesia dan Prancis, terutama yang berhubungan dengan kehidupan pelajar.

Kehadiran Indonesia semakin terasa dalam open house sekolah selain menampilkan hasil eksplorasi para siswa, pihak sekolah juga mengundang grup gamelan Pancha Indera, yang seluruh pemainnya warga negara Prancis, serta grup tari Sekar Jagad dari Indonesia. Sebelumnya, para siswa belajar gamelan dan tari kecak beserta filosofinya.

Kepala sekolah mengaku terkesan dan bangga dengan program ini. Kedatangan senator dan deputy wilayah serta masyarakat, yang jauh lebih banyak dibanding tahun sebelumnya, serta adanya liputan televisi dan media cetak lokal, diakuinya mengangkat pamor sekolah.

Pada masa mendatang, dia berkeinginan menjalin kerja sama dengan Indonesia, semacam sister school dengan sekolah sejenis, atau melalui program pertukaran dengan jaringan SMK bangunan dan energi terbarukan, dan SMK Bernard Chocoy menjadi anggotanya.

Bagi Indonesia, kali ketiga kultur dan seni Indonesia masuk sekolah di Prancis, setelah sekolah Jacques Prevert, Chateauneuf-sur-Sarthe dan Saint Pol-Roux, Brest juga menerapkan hal serupa. Dua sekolah terdahulu sudah menjadi duta Indonesia dengan menghadirkan Indonesia di wilayah mereka, termasuk ke sekolah tetangga.

Salah seorang anggota tim Pancha Indera, Dr Catherine Biset, spesialis etnomusikologi Indonesia, yang ikut membantu program Bernard Chochoy ini, mengakui pengenalan kultur Indonesia akan membuka wawasan masyarakat Prancis tentang sistem pendidikan. (*)