Eurico: Timor Leste Tetap Butuh Indonesia

id Eurico Guterres, Timor Leste

Eurico: Timor Leste Tetap Butuh Indonesia

Eurico Guterres. (FOTO ANTARA/Key Tokan Asis)

Kupang, (Antara Sumbar) - Pemerhati masalah Timor Leste Eurico Guterres mengatakan pemerintahan baru hasil pemilu di negara setengah Pulau Timor itu, tidak akan mengganggu hubungan bilateral dengan Indonesia karena negara itu sangat membutuhkan Indonesia.

"Saya kira secara protokoler tidak ada masalah, karena setiap negara memang perlu membangun hubungan bilateral yang harmonis dan kerja sama yang saling menguntungkan kedua belah pihak," kata mantan Wakil Panglima Pejuang Integrasi (PPI) Timor Timur itu kepada Antara di Kupang, Sabtu.

Mantan Ketua DPW PAN Nusa Tenggara Timur mengemukakan pandangannya tersebut berkaitan dengan terpilihnya mantan geriliawan Timor Leste Fransisco Guterres sebagai Presiden Timor Leste dalam pemilu presiden dan bagaimana hubungan kerja sama bilateral dengan Indonesia.

Geriliawan Timor Leste, Fransisco Guterres atau lebih populer dengan sebutan Lu-Olo telah terpilih menjadi Presiden Timor Leste dalam Pemilu Presiden yang baru berlangsung di negara setengah Pulau Timor itu.

Dia mengatakan, selama beberapan tahun ini terakhir ini, Indonesia dan Timor Leste sudah menunjukkan hubungan baik dan kerja sama itu lewat perundingan atau perjanjian batas wilayah antardua negara.

"Kita juga tahu bahwa Indonesia telah bertekad membantu pemerintah Timor Leste dalam membangun negara itu," katanya.

Menurut dia, tidak sedikit perusahaan swasta Indonesia yang membangun infrastuktur di negara yang baru memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui referendum pada 1999.

Selain itu, orang Timor Leste sendiri lebih memilih Indonesia untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi ketimbang ke negara lain terutama karena jauh dan biayanya mahal.

"Kita juga tahu bahwa sembilan bahan pokok di Timor Leste boleh dibilang seratus persen didatangkan dari Indonesia," katanya menambahkan.

Ketergantungan ini membuat Presiden terpilih Lu-Olo harus menyesuaikan diri jika ingin negaranya "selamat".

"Dan saya kira Fransisco Guterres bukan pimpinan tertinggi gerakan perlawanan di Timor Leste dahulu," katanya.

Artinya, Fransisco Guterres atau Lu-Olo tidak mempunyai "luka" politik langsung dengan para pejabat tinggi Indonesia.

"Karena itu, dia (Lu-Olo) tidak ada hambatan dalam membina hubungan dan kerja sama bilateral dengan Indonesia ke depan," demikian Eurico Guterres. (*)