Perjuangan Baginda Dahlan Abdullah Disimposiumkan di Jakarta

id Baginda Dahlan Abdullah

Perjuangan Baginda Dahlan Abdullah Disimposiumkan di Jakarta

Pejuang asal Pariaman Baginda Dahlan Abdullah. (Antara)

Jakarta, (Antara Sumbar) - Perjuangan tokoh perintis kemerdekaan Indonesia asal Sumatera Barat, H Baginda Dahlan Abdullah, akan disimposiumkan di Jakarta, Rabu, dan hasilnya akan dijadikan usulan pemberian gelar pahlawan nasional dari Pemkot Pariaman dan Pemprov Sumatera Barat kepada Kementerian Sosial.

Ketua Penyelenggara Simposium Nasional yang juga cucu Pertama H Baginda Dahlan Abdullah, Iqbal Alan Abdullah, dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Rabu, mengatakan simposium nasional ini merupakan bagian dari proses pencalonan pemberian gelar Pahlawan Nasional untuk Baginda Dahlan Abdullah yang diusulkan Pemerintah Kota Pariaman dan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat kepada pemerintah pusat.

"Simposium nasional ini diharapkan akan dapat menyingkap sejarah pergerakan nasionalisme Indonesia di Negeri Belanda, khususnya untuk mengetahui jejak Baginda Dahlan Abdullah yang selama ini belum banyak terungkap. Begitu pula akan diketahui bagaimana peran penting diplomat perintis bagi sebuah negara yang baru saja merdeka saat itu," ujar Iqbal.

Iqbal menjelaskan, meski keinginan itu sudah sejak 10 tahun lalu namun terkendala minimnya bahan tentang Dahlan Abdullah. Baru lima tahun lalu semakin intensif setelah Dr Suryadi yang bekerja di Universitas Leiden yang juga berasal dari Pariaman tertarik melakukan penelitian.

Ketokohan Dahlan Abdullah juga mengundang peneliti kawakan dari Leiden, Harry Pooze, untuk membahas. Menurut Iqbal, Pooze memiliki sejumlah penelitian terkait Baginda Dahlan Abdullah.

Pooze akan menjadi pembicara kunci dalam simposium yang juga menghadirkan sejumlah pakar sejarah, antara lain Guru Besar Sejarah UI Susanto Zuhdi, Guru Besar Sejarah Unand Mestika Zed, Gusti Asnan, serta penulis buku "H Baginda Dahlan Abdullah" dari Universitas Leiden Belanda Suryadi.

"Simposium juga menghadirkan putri Dahlan Abdullah, Dr Gandasari Abdullah Win, Profesor Emeritus, yang akan menyampaikan sambutannya berjudul "Ayahanda", mengisahkan bagaimana perjuangan Dahlan Abdullah untuk kemerdekaan Indonesia mulai dari keterlibatan Dahlan Abdullah dalam pergerakan nasionalisme sebagai anggota Perhimpoenan Indonesia (Indische Vereeniging) di Belanda, dan kemudian menjadi ketua pada akhir 1917," kata Iqbal.

Dahlan Abdullah lahir di Pasia, Pariaman, Sumatera Barat pada 15 Juli 1895. Dahlan merupakan teman sekelas Tan Malaka di Sekolah Raja di Fort de Kock (sekarang: Bukittinggi). Dahlan kemudian melanjutkan studi di Belanda pada 14 Oktober 1913.

Berdasarkan penelitian Suryadi sebagaimana dituturkan Iqbal, Dahlan tercatat aktif dalam dunia politik dan menghimpun mahasiswa-mahasiswa asal Sumatera yang belajar di Negeri Belanda memperjuangkan kesenian Indonesia.

Baginda Dahlan Abdullah disebut sebagai orang Indonesia pertama yang menggunakan kata 'Indonesia' dan 'orang Indonesia' dalam konteks wacana politik di Negeri Belanda. Itu disampaikan dalam sebuah ceramah publik yang bernuansa politis dalam rangka lustrum perkumpulan mahasiswa Indologi (Indologenvereeniging) di Leiden pada 23 November 1917.

Setelah pulang dari Belanda, Baginda Dahlan Abdullah terlibat di banyak kegiatan politik. Dahlan Abdullah dalam Kongres Permoefakatan Perhimpoenan-Perhimpoenan Politiek Kebangsaan Indonesia (PPPKI) di Solo akhir Desember 1929, Serikat Sumatera (Sumatranen Bond), anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) bersama dengan Muhammad Yamin, BR Motik, dan aktivitas lainnya.

Sebelum ditunjuk Bung Karno menjadi duta besar, Baginda Dahlan Abdullah juga pernah tercatat sebagai Wali Kota Jakarta tahun 1942 (istilah waktu itu adalah Tokubetu Huku Sitjoo atau Wakil Khusus Balaikota Jakarta).

"Dia juga pernah dipenjara NICA (Netherland Indies Civil Administration) tahun 1945 karena sikapnya tidak mau kompromi dengan pemerintah kolonial," kata Iqbal menjelaskan.

Kiprahnya dalam dunia pendidikan di Indonesia, antara lain menjadi salah seorang yang ikut mendirikan Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta melalui rapat Masyoemi tahun 1945, bersama dengan tokoh besar lain seperti KH Abdul Wahid, KH Bisri, KH Wahid Hasyim, Ki Bagus Hadikusumo, KH Mas Mansur, KH Hasyim, KH Faried Maruf, KH Abdul Mukti, KH Imam Ghazali, Dr Soekiman Wirjosandjojo, Wondoamiseno, Anwar Cokroaminoto, Harsono Cokroaminoo, Mr Moch Roem, dan lainnya. (*)