Padang, (Antara Sumbar) - Bank Indonesia mencatat pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat pada 2016 mengalami perlambatan hanya tumbuh 5,26 persen atau turun dibandingkan 2015 yang mencapai 5,52 persen.
"Angka ini bahkan lebih rendah secara historis dibandingkan lima tahun terakhir dalam kurun 2011 hingga 2015 yang mencapai 6,03 persen," kata Kepala perwakilan Bank Inonesia Sumbar Puji Atmoko di Padang, Jumat, dalam kajian ekonomi dan keuangan regional Sumbar periode Februari 2017.
Ia mengemukakan sumber perlambatan pertumbuhan ekonomi Sumbar berasal dari konsumsi pemerintah, investasi, dan ekspor luar negeri.
Secara sektoral melemahnya kinerja lapangan usaha pertanian dan transportasi menjadi sumber perlambatan ekonomi 2016, ujar dia.
Dari sisi pemerintah, ia mengatakan perlambatan perekonomian salah satunya dipicu oleh penundaan dana alokasi umum, menyebabkan pemerintah daerah melakukan efisiensi pengeluaran berupa penyelenggaraan acara dan perjalanan dinas hingga pembatalan 118 tender proyek.
Selain itu kondisi cuaca yang tidak kondusif, kendala bahan baku, dan lemahnya permintaan mitra dagang berdampak pada lemahnya pertumbuhan ekspor, kata dia.
Akan tetapi ia memperkirakan pada triwulan I 2017 pertumbuhan ekonomi Sumbar cukup moderat berada pada kisaran angka 4,7 persen hingga 5,1 persen.
"Penopang utama pertumbuhan ekonomi triwulan I 2017 adalah konsumsi pemerintah dan ekspor luar negeri," kata dia.
Sementara Pemerintah Provinsi Sumatera Barat menyiapkan tiga strategi untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi pada 2017 dengan target angka sekitar 5,3 persen hingga 5,7 persen.
"Ada tiga cara yang dilakukan agar pertumbuhan ekonomi 2017 bisa lebih tinggi yaitu percepatan penyerapan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), mempermudah investasi dan menggenjot sektor pariwisata," kata Gubernur Sumbar Irwan Prayitno.
Irwan menyarankan untuk mempercepat penyerapan APBD pemerintah daerah harus segera mempersiapkan segala prosedur dan persyaratan agar pada Januari 2017 proyek pembangunan sudah bisa dilaksanakan.
Jika sejak awal tahun tender sudah bisa dilaksanakan maka penyerapan anggaran akan lebih cepat sehingga akan menggerakkan perekonomian, ujarnya.
Kemudian Irwan mengharapkan pemerintah daerah harus mempermudah investasi masuk ke Sumbar karena jika hanya mengandalkan ekspor saat ini kondisi ekonomi global sedang lesu.
Ia mengatakan selama ini kondisi ekonomi Sumbar tidak terpengaruh secara langsung dengan kondisi global karena Sumbar tidak memiliki komoditas strategis seperti minyak bumi.
Berikutnya cara yang paling efektif menggerakkan pertumbuhan ekonomi adalah dengan menggembangkan sektor pariwisata.
"Ketika sektor pariwisata berkembang maka ekonomi masyarakat akan hidup, uang akan beredar karena pengunjung akan makan dan minum, berbelanja oleh-oleh hingga jasa sewa kendaraan," katanya.
Menurut dia, menjadikan pariwisata sebagai salah satu sektor andalan juga akan menekan angka kemiskinan dan pengganguran karena fakta membuktikan daerah-daerah tujuan wisata seperti Bali dan Yogyakarta angka kemiskinannya relatif rendah. (*)
Berita Terkait
BI: Layanan Keuangan Digital Sumbar Tumbuh Pesat
Jumat, 14 Juli 2017 15:51 Wib
BI: Inflasi Sumbar Terkendali Selama Ramadhan
Selasa, 4 Juli 2017 10:12 Wib
Pertumbuhan Lapangan Usaha Pertanian Sumbar Meningkat
Rabu, 14 Juni 2017 12:01 Wib
Sambut Idul Fitri, BI Sumbar Siapkan Uang Baru Rp3,4 Triliun
Senin, 5 Juni 2017 14:07 Wib
Sumbar Deflasi 0,09 Persen Memasuki Ramadhan
Sabtu, 3 Juni 2017 15:42 Wib
BI Musnahkan Uang Tidak Layak Rp2,99 Triliun
Jumat, 12 Mei 2017 18:43 Wib
BI Sumbar Terus Awasi Kupva Tanpa Izin
Jumat, 12 Mei 2017 15:37 Wib
BI Beri Kuliah Umum Tentang Uang Digital
Jumat, 21 April 2017 21:28 Wib