RNI Kembangkan Peternakan Unggas Terintegrasi Riset

id Didik Prasetyo

RNI Kembangkan Peternakan Unggas Terintegrasi Riset

Direktur Utama PT RNI Didik Prasetyo. (Antara)

Jakarta, (Antara Sumbar) - PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) dan PT Berdikari mengembangkan peternakan unggas teknologi modern yang terintegrasi oleh sistem riset.

Direktur Utama PT RNI Didik Prasetyo mengatakan pengembangan peternakan unggas terintegrasi merupakan sistem peternakan yang menggunakan teknologi modern, yakni kandang menggunakan teknologi close house sehingga menjamin produk ayam maupun telur yang dihasilkan memiliki standar prima, terbebas dari berbagai macam penyakit serta minim polusi.

Berdasarkan keterangan yang diterima Antara di Jakarta, Jumat, PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) (Persero) melalui Anak Perusahaannya, PT PG Rajawali II dan PT Berdikari (Persero) melalui Anak Perusahaannya, PT Berdikari United Livestock (PT BULS) telah menindaklanjuti nota kesepahaman yang sudah ditandatangani kedua belah pihak.

Didik menjelaskan untuk mendukung lokasi penggemukan ayam atau Farm Boiler tersebut pada tahapan selanjutnya akan dibangun rumah pemotongan ayam otomatis dengan kapasitas 2.000 ekor per jam.

Guna mendukung kecukupan protein hewani nasional, salah satu alternatifnya melalui pengembangan peternakan ayam pedaging dan petelur mengingat kedua komoditas tersebut memiliki harga jual yang terjangkau bagi masyarakat secara luas.

Hal ini sebagai bentuk kepedulian RNI dan Berdikari atas konsumsi protein hewani per kapita yang masih sangat rendah. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2015, rata-rata konsumsi protein hewani penduduk Indonesia sebesar 53,91 gram per kapita per tahun, sementara standar kecukupan konsumsi protein berada di angka 57 gram.

Didik menambahkan ke depan pengembangan bisnis peternakan tersebut akan terus dilakukan dengan menerapkan pola peternakan terintegrasi dari hulu ke hilir, di dalamnya mencakup pengembangan indukan, ayam bakalan, pakan ternak serta pengembangan riset and development peternakan.

"Tahap pertama sasaran produksi ayam pedaging sebesar 450 ribu ekor per bulan dan telur 12 hingga 14 ton per bulan. Selanjutnya akan dikembangkan sesuai kebutuhan bisnis," ujar Didik.

Untuk itu diharapkan dengan kerja sama tersebut peningkatan pemenuhan kebutuhan hewani nasional dapat ditingkatkan sekaligus dapat mengangkat perekonomian masyarakat melalui program petani plasma. (*)