MENLU: Asean Harus Perkuat Persatuan di Kawasan

id Retno Marsudi

MENLU: Asean Harus Perkuat Persatuan di Kawasan

Menlu Retno Marsudi (Antara)

Jakarta, (Antara Sumbar) - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan bahwa negara anggota ASEAN harus memperkuat persatuan dan memainkan peran sentral di kawasan untuk memajukan Komunitas ASEAN.

"Di tengah dunia yang penuh dengan ketidakpastian, ASEAN harus bersatu sebagai satu keluarga, memastikan kawasan kita tetap damai dan stabil, perekonomian terus berkembang, dan rakyat merasakan manfaat dari masyarakat ASEAN," ujar Menlu Retno Marsudi seperti disampaikan dalam keterangan pers Kementerian Luar Negeri yang diterima di Jakarta, Rabu.

Pernyataan tersebut disampaikan Menlu RI pada sesi kedua Pertemuan Menlu ASEAN di Pulau Boracay, Filipina, 21 Februrari 2017.

Dalam pembahasan mengenai situasi di kawasan dan global, Menlu RI meyampaikan bahwa dunia saat ini menghadapi berbagai tantangan besar, yang ditandai dengan meningkatnya ketegangan antar negara, pertumbuhan ekonomi global yang lambat, rivalitas antarkekuatan dunia, serta berkembangnya politik populisme dan pragmatisme.

"Menghadapi tantangan global saat ini, ASEAN harus tangguh, proaktif, menjadi bagian dari solusi sehigga tetap relevan," tutur Menlu Retno.

Dia menambahkan selama ini ASEAN telah bekerja keras untuk menciptakan dan menjaga perdamaian dan stabilitas, memajukan perekonomian kawasan dan menyejahterakan rakyatnya dalam satu komunitas ASEAN.

"Untuk menjaga keberhasilan yang telah dicapai dan memastikan komunitas ASEAN terus maju, ASEAN harus memperkuat persatuan dan menjaga sentralitas dan kepemimpinan ASEAN di kawasan," ucap Menlu RI.

Terkait pembahasan mengenai situasi di Laut China Selatan, Menlu Retno menyampaikan pentingnya kesatuan ASEAN dalam menjaga stabilitas di kawasan tersebut.

Selain itu, Menlu RI menekankan bahwa 'Declaration on the Conduct of Parties in the South China Sea' (DoC) dan "Code of Conduct" (CoC) masih tetap relevan sebagai mekanisme kawasan dalam meningkatkan kepercayaan dan kepastian antar negara di kawasan Laut China Selatan.

"ASEAN harus bicara dengan satu suara dengan China terkait CoC agar dapat memajukan proses perudingan," ujar dia.

Sebagai tindak lanjut dari pertemuan Menlu ASEAN di Yangon pada Desember 2016, pemerintah Myanmar menyampaikan laporan terbaru mengenai situasi di Rakhine State yang mulai membaik dengan masuknya berbagai bantuan kemanusiaan yang dibutuhkan dan dibukanya akses ke sebagain wilayah di Rakhine State serta selesainya operasi militer.

Menlu Retno menyampaikan berbagai upaya kerja sama Pemerintah Indonesia dan Myanmar dalam memberikan bantuan kepada masyarakat di Rakhine State secara inklusif.

"Indonesia akan terus siap membantu dan mendukung pembangunan di Rakhine State, namun demikian Pemerintah Myanmar memiliki tanggung jawab untuk terus melakukan reformasi dan menciptakan kondisi kondusif di Rakhine State, termasuk dengan mengambil kebijakan yang inklusif," tutur Menlu RI. (*)