Sepanjang 2011 hingga 2015 terjadi penyusutan lahan sawah di Sumatera Barat seluas 10.510 hektare disebabkan alih fungsi lahan yang memicu penurunan produksi padi di daerah itu hingga terganggunya ketahanan pangan.
Penyusutan lahan pertanian disebabkan berbagai faktor mulai dari konversi menjadi permukiman akibat pertambahan penduduk hingga pembuatan sarana prasarana jalan, gedung perkantoran, dan lainnya.
Menyikapi hal itu Pemerintah Provinsi Sumatera Barat berupaya mengatasi berkurangnya lahan pertanian melalui cetak sawah baru dengan cara membuka lahan-lahan yang tidak produktif dalam rangka menyukseskan swasembada pangan.
Berdasarkan data yang dihimpun pada 2011 hingga 2015 telah dilakukan penambahan lahan sawah baru seluas 2.337 hektare dengan selisih 8.173 hektare dari pengurangan lahan sawah yang ada.
Pada 2016 Sumbar telah dilakukan cetak sawah baru dengan realisasi 599,94 hektare pada sembilan kabupaten dan kota yaitu Kabupaten Limapuluh Kota 175 hektare, Solok 13 hektare, Kabupaten Solok Selatan 117,14 hektare, Dharmasraya 72 hektare, Agam 59 hektare, Pasaman Barat 38,80 hektare, Kabupaten Kepulauan Mentawai 25 hektare, dan Sijunjung 100 hektare.
Sementara itu, pada 2017 Sumbar menargetkan cetak sawah baru seluas 600 hektare guna meningkatkan produksi padi dalam rangka menyukseskan swasembada pangan.
Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Sumbar Candra mengatakan cetak sawah baru tersebut terdapat di lima kabupaten dan kota di Sumbar.
Lokasi cetak sawah baru itu di Kabupaten Agam seluas 71 hektare, Kabupaten Dharmasraya 150 hektare, Limapuluh kota seluas 150 hektare, Kabupaten Solok Selatan 92 hektare dan Pasaman Barat seluas 137 hektare
Ia mengatakan untuk memperluas dan percepatan cetak sawah baru di Sumbar, pihaknya bersinergi dengan TNI yang berada di daerah tersebut.
Candra berharap cetak sawah baru akan semakin meningkatkan produksi padi di provinsi itu sehingga dapat menyukseskan swasembada pangan.
Kepala Seksi Sarana dan Prasarana Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan setempat Dede Sri Aulia menjelaskan dalam pelaksanaan cetak sawah baru dimulai dengan melakukan survei ke sejumlah daerah di Sumbar.
"Yang memungkinkan untuk pembukaan lahan yang akan dijadikan lokasi cetak sawah baru, setelah di survei kemudian dibuat desainnya," kata dia.
Ia menjelaskan proses cetak sawah baru terdiri dari proses 'land clearing' yaitu proses pembukaan lahan. Tahap ini merupakan tahap awal dalam proses cetak sawah baru, dimana dilakukan dengan menggunakan alat berat.
Kemudian proses 'land levelling' merupakan proses pemerataan lahan yang berbukit-bukit untuk memperkecil kemiringan lahan dengan cara penggalian tanah pada lahan itu yang kemudian diratakan.
"Selanjutnya pembuatan pematang, jaringan irigasi, jalan pertanian, pengolahan tanah, hingga penanaman," katanya.
Dede mengatakan mobilisasi alat berat menjadi salah satu kendala dalam pelaksanaan cetak sawah baru di Sumbar.
Lokasi cetak sawah baru di Sumbar berada dalam jarak yang jauh, sehingga membutuhkan waktu untuk sampai ke daerah itu, lahan yang tidak begitu luas di Sumbar mengakibatkan peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan cetak sawah baru, kesulitan dalam beroperasi.
Dia mencontohkan daerah yang kecil cetak sawah baru yaitu daerah Solok yang hanya seluas 25 hektare pada 2016, karena daerah itu memiliki kontur tanah yang tinggi dan miring sehingga sulit untuk diratakan.
"Ketika diratakan dikhawatirkan lahan yang akan dijadikan cetak sawah baru tersebut menjadi sedikit karena terlalu banyak dibuang untuk meratakan, kalau terasering kecil, jadi susah untuk mobilisasi alat berat," jelasnya.
Meskipun begitu, pihaknya berupaya agar target cetak sawah baru dapat tercapai karena akan meningkatkan produksi padi di Sumbar.
Gubernur Sumbar Irwan Prayitno mengatakan cetak sawah baru difokuskan pada tanah atau lahan kosong yang selama ini dibiarkan terbengkalai tidak terpakai.
"Jangan ditonton saja tanah kosong itu, mari jadikan sawah untuk menambah pemasukan petani," kata dia.
Jajar Legowo
Sementara, dalam rangka peningkatan produksi padi melalui teknologi pertanian penerapan sistem jajar legowo dapat meningkatkan produksi padi hingga 15 persen.
Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Sumbar, Candra mengatakan produksi padi di daerah itu surplus 3,3 persen yaitu sebesar 42.000 ton pada 2016 dengan produksi 2,606 juta ton.
Ia menyebutkan dengan itu produktivitas meningkat dari sebelumnya 5,01 persen ditahun 2015 menjadi 5,08 persen pada 2016.
Sistem jajar legowo merupakan penanaman padi dengan mengatur jarak antarbenih dengan benih lebih banyak ditanam pada bagian tepi dan bagian tengah dikosongkan.
Ia menerangkan salah satunya legowo 4 berbanding 1 merupakan tipe jajar legowo yang pada setiap empat baris tanaman diselingi oleh satu lorong atau barisan kosong, dengan dua baris tanaman pinggir dan dua baris tanaman tengah.
Dengan jarak tanam 20 centimeter antar barisan dan jarak antar tanaman pada barisan tengah dengan 10 centimeter antar tanaman pinggir dan 40 centimeter jarak barisan kosong.
"Dengan pengaturan jarak antarbenih dapat memberikan ruang penyinaran yang maksimal dan pemberian pupuk lebih mudah dilakukan," ujarnya.
Selain meningkatkan produksi padi, katanya sistem jajar legowo juga dapat mengurangi penyakit dan tingkat serangan hama.
"Seperti serangan hama tikus, oleh karena posisi tengah padi kosong sehingga akan mengurangi dampaknya," sebutnya.
Ia menambahkan pihaknya terus mendorong petani untuk menerapkan sistem tanam padi jajar legowo sehingga akan berdampak pada peningkatan produksi padi.
Lima Strategi
Dalam rangka mewujudkan swasembada pangan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat menyiapkan lima strategi dengan target tiga juta ton produksi beras pada 2017.
Gubernur Sumbar Irwan Prayitno memaparkan langkah pertama adalah pembenahan dan pembangunan sejumlah irigasi di Sumatera Barat untuk membantu pengairan sawah.
Di Sumbar air banyak, sungai juga mengalir sepanjang tahun namun pada beberapa lokasi sawah masyarakat tidak dapat dialiri karena belum ada saluran oleh sebab itu bersama pemerintah pusat, akan dibangun irigasi, kata dia.
Kemudian, langkah berikutnya adalah memaksimalkan peran penyuluh pertanian dalam menyosialisasikan dan mengajak masyarakat menggunakan metode yang lebih efisien sehingga hasil panen meningkat.
Para penyuluh harus lebih sabar membimbing masyarakat dan banyak memberika contoh sehingga ketika apa yang disarankan terbukti, petani akan ikut, lanjut dia.
Lalu, terus mengembangkan metode baru baik berupa pertanian organik dan lainnya sehingga hasil panen menjadi lebih banyak, kata Irwan.
Tidak hanya itu, pemerintah juga akan berupaya memastikan ketersediaan pupuk bagi petani sehingga saat dibutuhkan dapat langsung digunakan.
Irwan optimistis dalam waktu tiga tahun target swasembada berupa produksi tiga juta ton padi dapat tercapai di Sumatera Barat dengan memaksimalkan peran semua pemangku kepentingan. (*)
Berita Terkait
Legislator : Basawah Pokok Murah tekan pengeluaran petani
Jumat, 6 Desember 2024 16:57 Wib
Sumbar paparkan rencana prioritas pemulihan lahan pertanian pada 2025
Minggu, 1 Desember 2024 15:14 Wib
Tingkatkan Produktivitas Lahan, Dinas Pertanian Pessel salurkan bantuan Padi Sawah Teknologi MTOT
Jumat, 29 November 2024 12:26 Wib
Pemkot Sawahlunto - Forkopimda dan penyelenggara Pemilu perkuat persiapan untuk pemungutan suara
Jumat, 22 November 2024 13:57 Wib
Mengoptimalkan lahan pertanian pascabanjir lahar dingin Marapi
Sabtu, 16 November 2024 15:55 Wib