BI : Tidak Ada Palu Arit pada Rupiah

id Bank Indonesia

BI : Tidak Ada Palu Arit pada Rupiah

Bank Indonesia. (FOTO ANTARA)

Padang, (Antara Sumbar) - Bank Indonesia (BI) perwakilan Sumatera Barat (Sumbar) menegaskan tidak ada gambar palu arit pada rupiah tahun emisi 2016 sebagaimana penilaian yang dikemukakan sejumlah pihak.

"Yang disebut mirip palu arit itu hanya gambar yang diasosiasikan saja, sebenarnya itu adalah salah satu unsur pengaman yang disebut rectoverso yaitu gambar saling isi," kata Kepala perwakilan BI Sumbar, Puji Atmoko di Padang, Selasa.

Ia menyampaikan hal itu pada Silaturahim Awal Tahun 2017 dengan tema `Perkembangan Ekonomi Sumbar dan Penjelasan Uang Rupiah tahun emisi 2016 dihadiri pemangku kepentingan terkait, Majelis Ulama Indonesia, jajaran kepolisian, TNI dan media massa.

Puji menjelaskan rectoverso dibuat dengan teknik cetak khusus pada uang kertas yang membuat gambar berada di posisi yang sama dan merupakan salah satu teknologi yang paling sulit untuk dipalsukan.

Negara-negara lain dalam membuat pengamanan mata uangnya juga menggunakan rectoverso, ujarnya.

Jadi tidak ada maksud untuk pro komunis, tidak ada maksud seperti itu, hanya gambar yang dipotong seperti puzle, lanjut dia.

Akan tetapi terkait adanya masukan sejumlah pihak agar gambar yang dinilai mirip palu arit tersebut diperbaiki ia menerimanya dan akan menyampaikan ke pusat.

Ia juga menyampaikan Presiden Jokowi saat peluncuran uang baru sudah mengingatkan agar masyarakat tidak menyebar gosip soal rupiah.

Selain itu Puji juga membantah BI mencetak uang baru di PT Pura Barutama sebagaimana informasi yang beredar di media sosial karena berdasarkan Undang-Undang Mata Uang yang ditugaskan mencetak uang adalah Perum Peruri.

"Sebelumnya juga tidak pernah BI mencetak uang baru di swasta, hanya untuk bahan baku pernah diperoleh dari PT Pura Barutama," katanya.

Sementara Pengurus MUI Sumbar, Zulkarnaini mengatakan adanya pandangan yang menyatakan ada gambar palu arit pada rupiah baru harus disikapi secara positif sebagai bentuk kecemasan terhadap bangkitnya komunisme.

"Kewaspadaan terhadap komunisme perlu dipupuk karena ideologi tersebut pernah mencederai bangsa, jadi jangan dipandang negatif," ujarnya. (*)