Mengemas Paket Wisata Bahari Terintegrasi Di Sumbar

id Wisata Bahari

Mengemas Paket Wisata Bahari Terintegrasi Di Sumbar

Kapal wisatawan dan kapal nelayan, sepulang dari Pulau Ansoduo, Pariaman, Sumatera Barat, Sabtu (28/3). Kota Tabuik itu mengandalkan wisata baharinya dengan pelayanan transportasi ke pulau-pulau kecil di wilayah perairan kota tersebut, dengan biaya Rp35 ribu per orang. ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/ed/mes/15 ()

Menciptakan kesan yang melekat di hati pengunjung ketika datang ke satu daerah butuh inovasi, kreativitas dan keramahan, apalagi dalam mengemas sektor pariwisata.

Berdasarkan data Pemerintah Provinsi Sumbar hingga September 2016 tercatat sekitar 5,19 juta wisatawan yang berkunjung didominasi wisatawan mancanegara.

Peluang pada tahun depan makin terbuka untuk mendatangkan banyaknya wisatawan, apalagi pengembangan sektor wisata bahari Indonesia masih terbuka lebar. Potensi wisata alam, religi, sejarah dan budaya belum tergarap optimal di kawasan pesisir pantai barat Sumatera.

Hal ini merupakan peluang yang harus diambil Provinsi Sumatera Barat yang memiliki garis pantai 2.420.388 kilometer dari batas wilayah Bengkulu hingga Air Bangis, Pasaman Barat yang berbatasan dengan Sumatera Utara.

Potensi yang cukup menjanjikan untuk mendatangkan banyak wisatawan itu, karena bukan sekadar pantai dengan pasir putih dan deru ombak. Akan tetapi ada pulau-pulau kecil yang amat memesona dengan air yang terlihat biru.

Mengemasnya tentu harus cerdas dan syarat dengan semangat kreatif bagi semua komponen. Mulai dari pelaku pariwisata daerah dengan mengemas paket-paket wisata yang terintegrasi satu objek dengan lainnya.

Pemerintah daerah yang mendukung dengan serius dalam bentuk kebijakan yang memberi kemudahan serta masyarakat daerah meningkatkan sikap sadar wisata.

Bila semua elemen sudah bersinergi dan konsep dikembangkan telah terintegrasi, tentu ada harapan lebih besar banyak pengunjung berdatangan karena bukan masanya lagi mempertahankan ego sektoral dan kedaerahan

Dalam pengembangan wisata bahari terintegrasi itu, misalnya, ketika pengunjung datang ke kawasan wisata pantai di wilayah Kota Padang. Hendaknya pengunjung tidak terhenti di sana saja, tapi dengan tersedia paket yang sudah dikemas pelaku pariwisata maka pengunjung bisa menikmati indahnya pulau pulau kecil di kawasan itu.

Bahkan bisa sampai ke objek wisata daerah tetangga seperti Pesisir Selatan dan Kota Pariaman yang memiliki garis pantai sekitar 12 kilometer.

Sebagian pelaku pariwisata sudah melirik dan menerapkan konsep itu, butuh pengotimalan di masa datang. Polanya pengunjung naik kapal di dermaga Muaro atau pelabuhan Bungus Kota Padang menuju ke pulau Pasumpahan dan Pulau Pagang.

Perjalanan dilanjutkan ke pulau Setan, Pulau Penyu, Pulau Marak serta pulau kecil di kawasan Mandeh hingga ke pantai Carocok Painan, Ibu Kota Pesisir Selatan.

Sedangkan kawasan wisata bahari Pariaman, ada Pulau Angso Duo dan pantai Gondoriahnya serta pantai Tiram karena berada di bagian utara Kota Padang.

Perjalanan dilanjutkan melalui jalur darat dari Pesisir Selatan hingga ke Kota Padang, kemudian menaiki kereta api wisata hingga ke pantai Gondoria. Selanjutnya, wisatawan bisa menyeberang ke objek wisata pulau Angso Dua, Pantai Kata, Pulau Cermin dan Pulau Tangah.

Bagi pengunjung ingin pulang melalui jalur udara ke kota asalnya juga akan lebih dekat ke Bandara Internasional Minangkabau (BIM).

Menurut Ketua Association of the Indonesian Tours and Travel (Asita) Sumatera Barat Ian Hanafiah, sebagian dari anggotanya sudah mengusung atau mengemas paket wisata yang terintegrasi tersebut.

Paket wisata itu, memanjakan pengunjung untuk menikmati keindahan alam yang dimiliki Sumbar, khususnya di kawasan pantai. Pola yang baru diterapkan, kunjungan pada paginya berangkat dari pelabuhan Padang hingga pantai Pesisir Selatan melalui jalur laut, tentu singgah di pulau pulau kecil yang menarik bagi pengunjung, karena cukup banyak pilihan.

Supaya pengunjung tidak jenuh dan suasana berubah serta tercipta kesan yang melekat maka saat kembali dari Pesisir Selatan ke Padang melalui jalur darat, sehingga mata wisatawan dapat dimanjakan keindahan potensi bahari Sumbar di lihat dari kawasan darat.

Apalagi kalau jalan yang dilintasi perbukitan seperti dari Pesisir Selatan ke Padang, bisa melihat indahnya Teluk Bayur di saat sore hari.

Apabila kembali melalui jalur laut ke daratan Kota Padang, tentu pengunjung akan terlelap selama perjalanan dan akan berbeda suasananya kalau menempuh jalur darat tersebut.

Dalam teori bisnis pariwisata, kata Ian, pola rutenya harus melingkar supaya rombongan pengunjung yang dibawa tidak bosan hanya melihat satu rute.

Melalui pola seperti itu, pengunjung akan selalu penasaran selama dalam perjalanan dan ingin melihat sesuatu yang belum pernah dilewatinya.

"Membuat wisatawan penasaran dan kesan pada pengunjung bagian dari strategi yang harus dipersiapkan. Kesan positif terbangun akan membuat pengunjung bisa berulang untuk datang," tuturnya.

Konsep wisata yang terhubung satu daerah dengan daerah lainnya sudah mulai dilakukan travel agen atau biro perjalanan didaerah. Jika dilanjutkan ke pantai di Pasaman Barat, cukup jauh dan begitu pula ke Mentawai karena dominan untuk wisatawan peminat wisata khusus seperti selancar dan memancing.

Pelaku wisata dalam pengembangan paket terintegrasi yang membuat adanya konektivitas antar daerah, tentu mesti diiringi dengan kesiapan pemerintah daerah dalam bentuk dukungan kebijakan yang fokus.

Lintas Sektoral

Mengemas wisata yang terintegrasi dari sisi pemerintah daerah harus diterapkan, karena tak cukup hanya mengandalkan satu instansi yang membidanginya. Hampir semua instansi pemerintah daerah bisa dilibatkan dalam pengembangan sektor pariwisata, tentu butuh kemauan politik kepala daerah.

Kebijakan yang dilahirkan harus menyelaraskan dengan pemerintah pusat yang begitu serius untuk mendorong pengembangan potensi wisata bahari, baik dari aspek anggaran maupun promosi.

Bukti keseriusan pemerintah pusat dalam pengembangan sektor pariwisata sudah tertuang dalam program strategis nasional Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).

Kontribusi wisata bahari dan kemaritiman terhadap Pendapat Domestik Bruto ditetapkan sebesar delapan persen pada 2019. Dengan kunjungan wisatawan mancanegara sampai pada 2019 ditargetkan sebanyak 20 juta dan wisatawan nusantara 275 juta.

Berdasarkan data dari Kementerian Pariwisata, potensi pariwisata maritim sebanyak 60 persen di antaranya untuk wisata di pantai, kemudian 30 persen wisata laut dan 10 persen bawah laut.

Peluang ini harus ditangkap Sumatera Barat yang memiliki tujuh kabupaten dan kota di kawasan pantai. Kunci berkembang sektor pariwisata daerah ada pada tingkat keseriusan kepala daerah dan pemangku kepentingan di eksekutif dan legislatif.

Dinas Pekerjaan Umum membangun infrastruktur menuju kawasan objek wisata, dinas kesehatan bisa membina masyarakat dalam menghasilkan kuliner yang sehat bagi pengunjung. Dinas Koperasi dan UKM dapat mengembangkan keterampilan masyarakat sekitar objek wisata untuk menghasilkan produk dari bahan ikan dan lainnya yang layak jual.

Badan Pemberdayaan Masyarakat, bisa memberdayakan masyarakat akan sadar wisata, serta membentuk kelompok-kelompok binaan terhadap generasi muda dan perempuan nelayan, supaya paham bagaimana menjadi penerima tamu atau tuan rumah yang ramah.

Begitu pula halnya dengan instansi bidang kebersihan dan lingkungan hidup, membekali pengelola wisata dan masyarakat untuk tetap menjaga kawasan wisata yang bersih dan asri. Kebersihan dan kehijauan taman di kawasan obyek wisata suatu yang mutlak diidamkan pengunjung.

Sedangkan dinas perhubungan dapat melakukan penataan akses armada transportasi menuju obyek wisata baik jalur laut maupun darat. Seperti penetapan tarif yang jelas dan resmi, terhadap jasa ojek, jasa kapal wisata atau penumpang antar obyek wisata yang harus memenuhi standar keselamatan.

Sementara dari bidang seni dan budaya mesti juga mengambil peran di objek-objek wisata dengan kesenian khas daerah. Melalui pagelaran kesenian lokal bisa jadi magnet tersendiri bagi pengunjung.

Kemudian bagi pengambil kebijakan harus memberi kemudahan bagi penanam modal untuk berinvestasi dengan mendorong pengusaha lokal mengembangkan sektor pariwisata. Begitu juga, libatkan banyak komunitas untuk cinta dan sadar wisata.

Komitmen pemerintah daerah harus diikuti dengan komitmen bersama semua pihak tersebut, agar pariwisata menjadi sektor yang berkontribusi terhadap pendapatan asli daerah.

Apalagi, Pemerintah Provinsi Sumatera Barat mengajukan anggaran sebesar Rp4,841 miliar untuk pengembangan sektor kepariwisataan, termasuk untuk biaya penyelenggaraan Tour de Singkarak (TdS) 2017.

"Dana yang diajukan itu juga akan digunakan untuk penyediaan sarana promosi wisata, penyusunan data kepariwisataan, sosialisasi perjalanan, tindak lanjut promosi halal tourism. Sumbar menjadi salah satu nominasi daerah wisata halal tingkat internasional di Abu Dhabi," ujar Wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit.

Selain itu, pemerintah Sumbar juga akan meningkatkan pelayanan informasi di anjungan Sumbar Taman Mini Indonesia Indah, dan promosi even pariwisata daerah lainnya.

Dalam berbisnis sudah umum untuk tidak terlalu bernafsu meraih untung skala besar dalam waktu singkat. Jalani proses sebagaimana mestinya agar mampu bertahan dan dapat menikmati dalam jangka panjang.

Hal serupa juga berlaku dalam bisnis pengembangan sektor kepariwisataan di daerah, agar masyarakat bisa menghindari tindakan terlalu bernafsu untuk menikmati hasil atau untung dari kunjungan wisatawan ke suatu daerah atau obyek di wilayahnya.

Bila hal itu yang terjadi maka dapat dipastikan akan melakukan segala cara yang belum tentu berdampak baik terhadap perkembangan usaha jangka panjang.

Bukan tidak mungkin, di tahun berikutnya sektor pariwisata, khususnya bahari di Sumbar menjadi salah satu andalan penggerak perekonomian. (*)