Lentera: Perangi HIV/AIDS, Jangan Benci Penderitanya

id HIV/AIDS

Lentera: Perangi HIV/AIDS, Jangan Benci Penderitanya

Ilustrasi - (ANTARA SUMBAR/Zulham Beni Kusuma)

Padang, (Antara Sumbar) - Dinas Kesehatan Sumatera Barat (Sumbar) menyatakan penularan HIV/AIDS di provinsi itu didominasi oleh hubungan seks berisiko pada heteroseksual.

"Secara kumulatif hingga saat ini kasus AIDS mencapai 570 kasus yang didominasi heteroseksual," kata Kepala Bidang Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinkes Sumbar, Irene di padang, Jumat.

Kemudian diikuti penggunaan Napza suntik, homoseksual, biseksual, penularan dari ibu ke anak (perinatal), akibat pemakaian tato dan dari sumber penularan yang tidak diketahui.

Ia menyebutkan hingga Juli 2016 ditemukan kasus baru AIDS di Sumbar mencapai 64 kasus, dimana Kota Padang memiliki kasus AIDS tertinggi yaitu sebanyak 28 kasus.

Tingginya kasus AIDS di Padang, hal ini membuktikan bahwa penularan penyakit ini banyak terjadi di kota besar yang arus kehidupan bebasnya cukup tinggi.

Untuk data hingga akhir 2015, total kasus HIV di Sumbar ialah 1.435 kasus yakni 1.213 kasus sebaran wilayahnya tidak diketahui dan 222 kasus berasal dari luar wilayah.

Sementara untuk distribusi kasus AIDS hingga akhir 2015, sebutnya mencapai 1.346 kasus yang tersebar di 19 kabupaten/kota serta luar wilayah dan beberapa kasus yang tidak diketahui sebaran wilayahnya.

"Pada 2015 itu, bahkan 173 penderita meninggal akibat penyakit tersebut," ujarnya.

Dengan demikian, pihaknya terus berusaha untuk meminimalisasi penyebaran HIV/AIDS di Sumbar dengan melakukan pencegahan diantaranya memberikan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) HIV/AIDS dan napza pada kelompok berisiko tinggi, petugas kesehatan, anak sekolah dan warga binaan.

Lalu bekerja sama dengan universitas untuk penyuluhan HIV pada generasi muda dan kegiatan lainnya.

Sementara itu penggiat LSM HIV/AIDS Kelompok Dukungan Sebaya Lentera Minangkabau Alfitri mengatakan pemahaman yang perlu ditekankan pada mayarakat bahwa HIV/AIDS tidak menular melalui jabatan tangan, makan bersama atau yang termasuk kegiatan rutin bersama sehari-hari.

Penularan penyakit ini terutama melalui hubungan seksual atau air mani dan cairan vagina, melalui transfusi darah, kemudian dari ibu kepada bayi pada masa kehamilan, ketika melahirkan atau menyusui, dan pemakaian jarum suntik bergantian pada pengguna penyalahgunaan narkotika.

"Selama ini kuat melekat stigma terhadap penderita HIV/AIDS," katanya.

Oleh karena itu, imbuhnya perlu bersama-sama memerangi HIV/AIDS yang merupakan penyakit mematikan, tetapi jangan membenci maupun mendiskriminasi penderitanya.

"Perangi HIV/AIDS, tapi jangan hindari dan benci penderitanya," ujarnya. (*)