Anggota DPR: TNI Teguhkan Komitmen Jaga Keberagaman

id Charles Honoris

Jakarta, (Antara Sumbar) - Anggota Komisi I DPR Charles Honoris mengatakan TNI harus memegang teguh komitmen menjaga keberagaman dan kebhinekaan Indonesia, sehingga dirinya menghargai pernyataan Panglima TNI bahwa institusi tersebut tidak menoleransi gerakan memecah-belah bangsa melalui politisasi SARA.

"Pernyataan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo bahwa TNI tidak mentoleransir gerakan-gerakan yang ingin memecah-belah bangsa melalui politisasi SARA patut diberikan apresiasi dan didukung," katanya di Jakarta, Senin.

Dia mengatakan, seruan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo bahwa TNI menjadi garda terdepan untuk menghadapi kelompok-kelompok pemecah-belah kesatuan bangsa harus diikuti dan dijalankan oleh seluruh prajurit TNI.

Menurut dia, TNI harus memegang teguh komitmen dalam membela Pancasila dan menjaga keragaman dan kebhinekaan Indonesia.

"Selain itu, netralitas TNI juga diuji dalam Pilkada 2017 ini," ujarnya.

Politisi PDI Perjuangan itu menegaskan bahwa prajurit TNI harus netral dan menjalankan tugas-tugasnya secara profesional walaupun ada perwira atau keluarga besar TNI yang terlibat sebagai calon kepala daerah.

Dia mengatakan, rakyat Indonesia menunggu apakah Gatot Nurmantyo bisa menyelesaikan reformasi di TNI dan membawa TNI menjadi institusi yang profesional.

Pegang teguh

Sebelumnya, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menegaskan bahwa TNI selalu memegang teguh amanat sapta marga dan sumpah prajurit. Karena itu, TNI tidak akan pernah menoleransi atau membiarkan provokasi dan politisasi SARA.

Tentara nasional Indonesia selalu setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, dan selalu membela ideologi Pancasila," kata Gatot di Serang, Banten, Minggu (30/10).

Dia mengatakan, Presiden Joko Widodo sebagai sebagai panglima tertinggi telah memberikan amanat pada TNI, pada HUT ke 70 TNI tanggal 5 Oktober 2015, agar TNI meneguhkan jati diri sebagai tentara rakyat, tentara pejuang, tentara nasional dan tentara profesional.

Menurut Panglima, sebagai tentara nasional, TNI tidak boleh tersekat-sekat dalam kotak suku agama, dan golongan.

"TNI adalah satu, yakni tentara nasional, yang bisa berdiri tegak di atas semua golongan, mengatasi kepentingan pribadi dan kelompok yang mempersatukan ras, suku dan agama dalam mewujudkan cita-cita kemerdekaan," katanya.

Menurut Gatot, Presiden Jokowi memerintahkan TNI agar terus menjaga kebhinekaan, karena hanya dengan itu menjadi bangsa yang majemuk yang kuat dan solid. (*)