Kredit Sektor Korporasi Sumbar Capai Rp27,6 Triliun

id kredit korporasi sumbar

Padang, (Antara Sumbar) - Penyaluran kredit perbankan pada sektor korporasi di Sumatera Barat (Sumbar) pada triwulan II 2016 mencapai Rp27,6 triliun atau tumbuh 8,5 persen .

"Kondisi tersebut relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 8,6 persen, namun jauh lebih rendah dibandingkan akhir 2015 yang mencapai 14,6 persen," kata Kepala Bank Indonesia perwakilan Sumbar Puji Atmoko di Padang, Selasa.

Ia menyampaikan hal itu dalam Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan II 2016 Sumbar.

Menurutnya meskipun relatif rendah, pertumbuhan kredit sektor korporasi masih lebih tinggi dibandingkan sektor rumah tangga, terutama didukung oleh kredit investasi yang tumbuh masih cukup tinggi mencapai 20,3 persen.

Sementara kredit modal kerja terus mengalami penurunan dan hanya mampu tumbuh rendah sebesar 1,5 persen pada triwulan II 2016, ujarnya.

Ia menilai perlambatan kinerja kredit korporasi khususnya kredit modal kerja diperkirakan masih berlanjut hingga triwulan III 2016 terlihat dari perkembangan kredit di Juli 2016 yang terus menunjukkan perlambatan.

Kredit korporasi hanya mampu tumbuh 7,5 persen disebabkan perlambatan kredit modal kerja yang tumbuh 0,1 persen pada Juli 2016, katanya.

Ditinjau lebih dalam perlambatan kredit korporasi pada triwulan II 2016 terjadi pada sektor industri pengolahan, pertanian dan jasa-jasa.

Ia mengatakan ketiga sektor tersebut terus melambat dan bahkan mengalami kontraksi pertumbuhan khususnya pada sektor jasa.

Ia memperkirakan perlambatan kredit pada sektor tersebut masih akan berlanjut seperti yang terlihat pada pertumbuhan kredit pada Juli 2016 yang terus turun.

Sementara itu, kredit sektor perdagangan besar dan eceran sebagai kredit dengan pangsa terbesar di Sumbar pada triwulan II 2016 tumbuh meningkat dari 11,3 persen menjadi 11,9 persen sehingga mampu menahan perlambatan yang lebih dalam pada kredit sektor korporasi.

Perbaikan kinerja kredit sektor ini juga berlanjut hingga Juli 2016 yang tumbuh relatif stabil sebesar 12 persen, ujarnya.

Sementara, dari sisi risiko kredit, kredit korporasi terus mengalami tekanan pada kualitas kredit dengan total kredit bermasalah mengalami peningkatan dari 4,5 persen pada triwulan I 2016 menjadi 5,1 persen pada triwulan II 2016, kata dia.

Ia mengingatkan nilai kredit bermasalah tersebut harus mendapat perhatian lebih bagi industri perbankan di Sumbar karena nilainya telah berada di atas ambang batas yaitu lima persen.

Sebelumnya, Gubernur Sumbar Irwan Prayitno mengatakan pihaknya telah mendirikan PT Penjaminan Kredit Daerah (Jamkrida) sebagai lembaga yang menjamin kredit dalam rangka pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).

Menurut dia UMKM masih menghadapi kendala masalah permodalan untuk mengembangkan usaha dan disisi lain lembaga perbankan sebagai pemilik sumber dana terbesar sulit diakses karena usaha mikro tidak memiliki jaminan, walaupun usaha mereka layak dibiayai.

Ia mengatakan dengan keberadaan PT Jamkrida akan mengisi kekurangan dihadapi UMKM, yakni jaminan kredit dari perbankan. (*)