CSR Pertamina Mengalir Hingga ke Dasar Laut

id bakau

CSR Pertamina  Mengalir Hingga ke Dasar Laut

Operation Head Terminal BBM (TBBM) Pertamina Teluk Kabung, Mukhlis Dalimunthe (tengah) menanam bibit bakau, di kawasan hutan mangrove Kampung Olo, Bungus, Padang, Sumatera Barat, Kamis (15/9). PT Pertamina (Persero) Marketing Operation Region I membantu konservasi hutan mangrove di kawasan itu dengan memberikan 2.600 batang bibit bakau jenis rizhopora apiculata senilai Rp156 juta untuk lahan seluas 2 hektare, sebagai bentuk kepedulian perusahaan dalam upaya melindungi keanekaragaman hayati. (ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/ama/16)

Padang, (Antara Sumbar) - Komunitas masyarakat kawasan pesisir pantai barat Sumatera kini tak sendiri lagi dalam upaya menjaga ekosistem tanaman bakau dan pelestarian terumbu karang, serta konservasi penyu.

Gerakan peduli terhadap keanekaragaman hayati bahari kian mendapatkan dukungan dari banyak pihak, termasuk perusahaan nasional yang terus menunjukan kepedulian melalui kucuran dana Corporate Social Responsibility (CSR) atau dana tanggung jawab sosial perusahaan.

Wujud nyata kepedulian itu dibuktikan oleh PT Pertamina dengan gerakan program CSR mengalir hingga ke dasar laut melalui penanaman manggrove dan penyerahan balok kubus terumbuk karang buatan pada 15 September 2016 di pesisir pantai Bungsu Teluk Kabung Padang.

Misi gerakan CSR mengarah ke laut oleh Marketing Operation Regional I itu, tentu bukan sebatas tanggung jawab sosial dari BUMN sektor perminyakan ini. Hal tak kalah penting menunjang program Nawacita pemerintahan Jokowi di sektor Kemaritiman bersama masyarakat pesisir pantai.

Tujuan lebih jauh ke depan adalah pemberdayaan masyarakat pesisir secara sosial dan ekonomis serta lingkungan melalui pelestarian mangrove dan terumbu karang.

Operation Head Terminal Bahan Bakar Minyak (BBM) Teluk Kabung, Kota Padang, Mukhlis Dalimuthe di Padang, beberapa waktu lalu mengatakan penanaman bibit mangrove jenis "rizhopora apiculata" sebanyak 2.600 batang di Olo, Kelurahan Teluk Kabung Tengah, Kecamatan Bungus, seluas dua hektare.

Penanaman bakau merupakan bentuk program kepedulian perusahaan itu, menurut dia, dalam upaya melindungi keanekaragaman hayati. Hutan mangrove memiliki ekologi yang penting sebagai pelindung habitat biota laut dan pesisir serta mengurangi abrasi dan sedimentasi yang berdampak buruk bagi ekosistem alam.

Ke depannya hutan mangrove tersebut bisa dikembangkan sebagai ekowisata, sehingga mampu memberikan keuntungan lebih yang berdampak terhadap perekonomian masyarakat pesisir di kawasan tersebut.

Bukan penanaman mangrove saja, tapi juga pemasangan balok kubus terumbu karang buatan yang dilakukan Pertamina sebanyak 80 buah di Gosong Bada dan Gosong Karang Bayang, perairan laut Sungai Pisang, Teluk Kabung Selatan, Kota Padang.

Penanaman tersebut merupakan kerja sama antara Pertamina dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Padang serta LSM Sanari.

Mukhlis menyebutkan upaya pelestarian ekosistem dengan penanaman terumbu karang merupakan bagian dari kegiatan pelestarian lingkungan di sekitar operasi Terminal BBM Teluk Kabung.

Penanaman terumbu karang tersebut, guna merehabilitasi area terumbu karang yang telah mengalami penurunan kualitas fisik sekaligus memperbaiki habitat asli biota laut di pesisir Kota Padang.

"Nantinya kubus tersebut akan menjadi apartemen ikan sehingga memudahkan nelayan mencari ikan," ujarnya.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Padang Zalbadri menyebutkan luas hutan mangrove di daerah itu alih fungsi untuk menjadi perumahan.

"Kami bersyukur Pertamina melalui CSR untuk kelestarian lingkungan ini. Kami berharap dukungan masyarakat," ujarnya.

Hutan mangrove sebagai "sabuk hijau" sehingga mampu mereduksi air laut mencapai ke darat sehingga tidak merusak lingkungan.

Zalbadri mencontohkan, bagaimana Vietnam mengemas hutan mangrove sebagai destinasi wisata, maka hal ini peluang pula nantinya bisa dibikin wisata susur hutan mangrove.

Mangrove mempunyai beberapa keterkaitan dalam pemenuhan kebutuhan manusia sebagai penyedia bahan pangan, papan, dan kesehatan serta lingkungan dibedakan menjadi lima, yaitu fungsi fisik, fungsi kimia, fungsi biologi, fungsi ekonomi, dan fungsi lain.

Berkelanjutan

Membangun kesadaran bersama, antara masyarakat dan pemerintah agar terumbu karang dapat berkembang merupakan suatu hal yang mutlak.

Sebab, bila dilihat pada aspek sosialnya ketika 2.600 batang pohon mangrove yang ditanam dari CSR Pertamina itu tumbuh dengan baik dapat membuat garis pantai tetap stabil, mengurangi tekanan dari proses abrasi dan erosi serta menahan hantaman angin dari laut ke darat

Ancaman bencana alam dapat dikurangi , karena keberadaan mangrove sebagai penyangga rembesan air laut ke darat dan sebagai filter air asin menjadi tawar yang dapat dinikmati warga yang menggantungkan hidup di kawasan pesisir pantai.

Sedangkan dilihat dari aspek ekonomis, jelas semakin banyak pohon mangrove yang hidup, maka beragam jenis ikan dapat berkembang dan berdampak terhadap tangkapan masyarakat, ditambah dengan berkembang terumbu karang.

Data Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kota Padang, lahan mangrove sekitar 1.260 hektare dan mulai banyak yang rusak akibat alih fungsi. Sementara itu, di kawasan pesisir pantai Pariaman Utara sekitar lima hektare lahan hutan mangrove jenis Rhizophora mati.

Kini hutan mangrove yang termasuk bagus di garis pantai Sumbar, yakni di Kepulauan Mentawai berdasarkan data DKP setempat luas hampir mencapai 32.000 hektare yang potensial untuk dikembangkan jadi wisata dan laboratorium untuk penelitian pengembangan hutan bakau.

Kepala DKP Kepulauan Mentawai, Edi Sukarni mengatakan, banyak hutan mangrove yang rusak di kawasan pantai akibat penebangan liar yang memanfaatkan kayu dari hutan tersebut karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi.

Menurut dia, hutan mangrove memiliki fungsi penting di antaranya menjaga garis pantai agar tetap stabil, melindungi pantai dari gempuran ombak dan abrasi, habitat biota laut terutama ikan, kepiting dan udang.

Pakar maritim dari Universitas Bung Hatta Padang, Suparno mengatakan perlu kebijakan khusus dari pemerintah untuk menjaga kelestarian hutan bakau karena hal itu berkaitan dengan mata pencarian masyarakat setempat.

"Perlu ada lokasi dan titik-titik kawasan yang tidak bisa digunakan untuk lahan lain demi menjaga kawasan hutan bakau di daerah tersebut," katanya.

Menurut dia, pemerintah harus terus menggalakkan program Simpoiseri, artinya masyarakat boleh tetap mengembangkan tambak udang namun tidak mengganggu hutan mangrove yang terdapat di sekelilingnya.

Selain itu, juga dilaksanakan penanaman kembali bibit mangrove pada sejumlah lokasi yang tingkat kerusakannya cukup parah.

Pemerhati mangrove dari LSM Sanari, Gusmardi menyebutkan mangrove bisa tumbuh sempurna selama tiga tahun dengan ketinggian sekitar dua meter. Memelihara mangrove tidak sulit karena tidak membutuhkan pupuk dan hanya menjaga serta penyulaman.

Terumbu Karang

Pelestarian dan penanaman mangrove harus sejalan dengan pelestarian terumbu karang karena saling terkait dengan fungsi ekosistem untuk menjaga biota laut.

Direktur LSM Sanari, Samsuardi menyebutkan kerusakan terumbu karang di Sumbar sudah mencapai 70 persen yang diakibatkan oleh aktivitas manusia melakukan penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan, seperti dengan bahan peledak, serta dari alam.

Ia menyebutkan sejak Februari 2015 terjadi peningkatan suhu perairan yang disebabkan pelbagai hal yang membuat terumbu karang rentan untuk bisa hidup. Terumbu karang memiliki sifat yang sangat sensitif dengan pengaruh naik turunnya suhu perairan, seperti pemutihan karang.

Kerusakan terumbu karang ditemukan di semua lokasi dan pulau yang ada di perairan Sumatera Barat. Berdasarkan data DKP Agam sekitar 70 hektare lahan terumbu karang rusak di pesisir pantai Tiku, akibat berdampak pada hasil tangkapan nelayan.

Maka dalam program CSR Pertamina yang dilaksanakan pada pertengahan September 2016, memadukan keduanya penanaman mangrove dan menanam balok kubus terumbu karang.

Program CSR Pertamina dibidang lingkungan tak hanya penghijauan di kawasan perbukitan seperti di kawasan Singkarak dan Lereng Gunung Marapi yang pernah dilaksanakan. Namun, belakangan kini mengalir ke kawasan pantai dan bahkan ke dasar laut. Akankah, gerakan yang sama diikuti CSR perusahaan "plat merah" lainnya? Semoga.