Industri Pengolahan Sumbar Tumbuh 7,8 Persen

id industri pengolahan

Industri Pengolahan Sumbar Tumbuh 7,8 Persen

Kelapa sawit. (Antara)

Padang, (Antara Sumbar) - Bank Indonesia (BI) perwakilan Sumatera Barat (Sumbar) mencatat industri pengolahan di daerah itu tumbuh hingga 7,8 persen pada triwulan II 2016 atau meningkat cukup tajam dibandingkan triwulan I 2016 yang hanya tumbuh 1,65 persen.

"Meningkatnya permintaan dalam rangka persiapan menjelang perayaan Idul Fitri mendorong geliat lapangan usaha industri," kata Kepala BI perwakilan Sumbar, Puji Atmoko di Padang, Selasa dalam Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Sumbar triwulan II.

Ia mengatakan perbaikan kinerja industri pengolahan tercermin dari meningkatnya pertumbuhan produksi industri manufaktur sedang dan besar dari 9,77 persen pada triwulan I 2016 menjadi 16,95 persen pada triwulan II 2016.

Meningkatnya kebutuhan masyarakat memasuki periode Ramadhan dan persiapan lebaran berimbas pada peningkatan stok pelaku usaha khususnya yang bergerak di bidang makanan dan minuman, ujarnya.

Ia menyebutkan kapasitas produksi terpakai untuk pengolahan makanan dan minuman selama triwulan II 2016 mencapai 80,63, meningkat dibandingkan triwulan I 2016 sebesar 76,67.

Selain itu peningkatan pertumbuhan industri pengolahan juga tercermin dari meningkatnya skala likert dari minus 0,08 pada triwulan I 2016 menjadi 0,29 pada triwulan II 2016, ujarnya.

Selain itu, mulai beroperasinya pengerjaan proyek fisik pemerintah berdampak pada peningkatan kinerja lapangan usaha industri pengolahan barang galian bukan logam.

Kondisi ini tercermin dari meningkatnya penjualan semen di Sumatera Barat dari 243,8 ribu ton pada triwulan I 2016 menjadi 254,7ribu ton pada triwulan II 2016, kata dia.

Sebelumnya, Gubernur Sumbar Irwan Prayitno mengemukakan industri pengolahan yang berbasis padat karya kurang berkembang di provinsi itu karena karakter masyarakat yang kurang bersedia bekerja sebagai buruh.

"Orang Sumbar memiliki karakter tidak suka bekerja di sektor perburuhan, terutama yang menggunakan tenaga manusia, tapi lebih kepada sektor yang mengandalkan pemikiran dan kreativitas," ucap Irwan.

Oleh sebab itu, kata dia, saat ini tidak ada satu pun industri besar di Sumbar yang berbasis padat karya berbeda dengan Pulau Jawa yang berkembang pesat.

Namun, kalau orientasinya adalah keterampilan dengan gaji di atas upah minimum regional maka dapat bertahan, sebaliknya jika berbasis padat karya akan sulit bertahan, ujarya.

Sementara, Pengamat Ekonomi Universitas Andalas (Unand) Padang Prof Syafrudin Karimi mengatakan industri pengolahan di Sumbar lebih banyak berada pada skala rumah tangga.

"Yang harus dikaji adalah bagaimana meningkatkan kapasitas bisnis sehingga industri pengolahan dapat meningkat," kata dia.