Budidaya Jeruk Mulai Digemari Petani Solok Selatan

id Budidaya, Jeruk, Solok Selatan

Budidaya Jeruk Mulai Digemari Petani Solok Selatan

Petani memetik jeruk di Jorong Panai, Nagari Pasir Talang, Kecamatan Sungai Pagu, Solok Selatan, Rabu (18/11). (ANTARA SUMBAR/Joko Nugroho)

Padang Aro, (Antara Sumbar) - Budidaya jeruk mulai digemari oleh kalangan petani di Solok Selatan, Sumatera Barat, usai panen raya yang dilakukan pada Juni hingga Agustus 2016.

"Saat kami melakukan kunjungan pada Kamis (25/8) ke sejumlah kelompok tani jeruk di Kecamatan Sungai Pagu dan Pauh Duo, mulai banyak permintaan bibit jeruk untuk memperluas kebun yang telah ada atau ingin membuat kebun jeruk yang baru," kata Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Peternakan dan Perikanan Solok Selatan Vera Septaria di Padang Aro, Jumat.

Ia menyebutkan, ketika panen yang dilakukan pada Juni hingga Agustus tersebut, pendapatan petani mencapai puluhan juta rupiah.

Ia mencontohkan petani jeruk di Jorong Panai, Nagari Pasir Talang, Kecamatan Sungai Pagu yang mengaku memperoleh penghasilan dari menjual jeruk selama tiga bulan mencapai Rp30 juta dengan jumlah tanaman sebanyak 60 pohon jeruk.

Seperti kelompok tani jeruk Suka Maju di Jorong Panai, katanya menambahkan, saat panen tersebut produksi jeruk mencapai 5 ton dengan luas lahan setengah hektare atau 200 pohon jeruk. Penghasilan yang mampu mereka peroleh mencapai Rp35 juta dengan kisaran harga jeruk Rp7.000 per kilogram.

Produksi jeruk di Solok Selatan masih untuk memenuhi kebutuhan daerah itu. "Bahkan masih kurang," ujarnya.

Pembeli secara perorangan, bukan saja berasal dari Solok Selatan, melainkan juga berasal dari kabupaten lain, seperti Payakumbuh.

"Petani di sini juga memanfaatkan media sosial, seperti 'Facebook' untuk mempromosikan jeruk mereka. Sebagai contoh saat panen kemarin, pembeli ada yang datang dari Payakumbuh atau daerah lain dan mereka tahu dari medsos," ujarnya.

"Penghasilan tersebut yang membuat petani lain tergiur untuk menanam jeruk," ujarnya.

Ia menyebutkan tanaman jeruk yang mulai panen tersebut ditanam pada kisaran tahun 2011 hingga 2012. Jika diambil rata-rata, katanya produktivitas per pohon berkisar 20 kilogram.

Dari luas tanam pada 2011 hingga 2012 seluas 150 hektare, sebutnya persentasi tanaman jeruk yang telah berproduksi mencapai 70 persen. "Dari kebun petani atau kelompok tani yang kami kunjungi, rata-rata tanaman jeruk yang berproduksi mencapai 70 persen dari jumlah tanaman yang ada," katanya.

Seorang penyuluh pertanian di Kecamatan Pauh Duo, Alex menyebutkan dirinya mendapatkan permintaan penambahan luas tanam jeruk sekitar tiga hektare. "Petani yang ingin menanam jeruk ini tergiur karena penghasilan dari menanam jeruk ini cukup lumayan," ujarnya.

Kendati demikian, katanya dirinya masih menemukan petani yang belum mampu mengelola hasil penjual jeruk dengan baik.

"Semestinya 30 persen dari hasil penjualan itu harus dikembalikan ke tanaman jeruk untuk pemeliharaan dan pemupukan, tapi rata-rata petani di sini tidak menyisihkan," jelasnya.

Sehingga, katanya menambahkan petani kesulitan keuangan saat akan melakukan pemupukan setiap tiga bulan sekali. "Dan lagi-lagi pemerintah yang menjadi sasaran dengan meminta bantuan pupuk. Padahal dengan umur pohon empat tahun kebutuhan pupuk kandang hanya sekarung atau Rp8.000 sama dengan satu kilogram jeruk," katanya.

Seorang petani jeruk di Pinang Sinawa, Bahrain menyebutkan, pada awalnya tanaman jeruk miliknya tidak dipelihara dengan baik. Setelah mendapatkan Sekolah Lapangan (SL) sekitar tujuh bulan yang lalu dia mulai intensif mengolah tanaman jeruk yang merupakan bantuan pada 2011.

"Alhamdulillah saat panen Juni kemarin saya mendapatkan uang hasil penjualan jeruk sekitar Rp8 juta dari 100 pohon jeruk yang saya tanam," ungkapnya.

Ia mengaku tidak kesulitan mencari pembeli karena sudah ada pedagang jeruk yang langsung membeli ke kebun.

Jeruk yang dikembangkan merupakan varietas nusantara Siam Gunung Ameh. Kini, luas tanaman jeruk di kabupaten yang berbatasan dengan Kabupaten Kerinci, Jambi, sekitar 400 hektare. (*)