IKKON Integrasikan Teknologi IT pada Kerajinan Sawahlunto

id IKKON, Integrasikan, Teknologi IT

Sawahlunto, (Antara Sumbar) - Tim Inovatif dan Kreatif Kolaborasi Nusantara (IKKON) 2016, integrasikan teknologi berbasis Informasi Teknologi (IT) mendukung pengembangan kerajinan di Kota Sawahlunto, Sumatera Barat.

"Salah satunya adalah merancang pelabelan kode "Barcode" pada beberapa hasil produksi pelaku usaha kaos sablon tematik tentang potensi Kota Sawahlunto," kata Ketua Tim IKKON wilayah itu Sugeng di Sawahlunto, Kamis.

Penerapan pelabelan itu, jelasnya bisa dijadikan sarana promosi usaha untuk meningkatkan daya saing produk-produk karya mereka dipasaran agar lebih diminati karena memiliki ciri khas tersendiri.

Disamping itu, penguatan-penguatan atribut kualitas produksi masing-masing pengrajin juga menjadi perhatian utama pihaknya, khususnya bagi pengrajin songket dan payung kertas, yang merupakan ikon kerajinan daerah setempat.

Dia mencontohkan untuk memudahkan pengrajin songket dalam melakukan penetrasi pasar, pihaknya mencoba membangun sebuah sistem pengembangan usaha melalui upaya kolaborasi dengan layanan homestay.

"Kami menilai para pelaku usaha di kota ini masih berjalan dengan konsep-konsep lama dan belum mampu menyatukan kekuatan sebagai industri pariwisata," ujarnya.

Dengan pola kolaborasi yang menjadikan homestay sebagai salah satu pintu masuk bagi wisatawan untuk mengenal lebih dekat hasil kerajinan tersebut, diyakini mampu menjadi sebuah inovasi baru dalam menumbuhkan gairah pelaku usaha untuk terus berkembang.

Sementara itu, salah seorang penggiat pengembangan usaha kecil menengah(UKM) setempat, Ardi, mengapresiasi upaya yang dilakukan pemerintah melalui program IKKON 2016 itu.

"Kegiatan ini bisa menjadi sarana mediasi antara pihak pengrajin dengan pemerintah dalam mencari solusi terkait pengembangan industri kecil di kota ini," tambah dia.

Menurutnya selama ini bentuk pembinaan yang dilakukan terhadap para pelaku usaha kecil dan menengah, belum mampu memberikan efek positif terhadap peningkatan daya saing mereka.

Bahkan, lanjutnya program-program yang diluncurkan itu justru memicu pelemahan daya saing karena dirancang tanpa memperhitungkan strategi usahawan binaan tersebut dalam merebut potensi pasar yang ada.

"Dilema yang terjadi adalah para pelaku usaha terpaksa harus berpacu meningkatkan daya saing ditingkat lokal dengan persentase ketersediaan pasar yang rendah, karena ketidakmampuan mereka untuk bersaing di level pemasaran yang lebih luas," ujar dia.

Menyikapi kondisi tersebut, Mentoring Narasumber tim IKKON 2016, Imam Tobroni, mengatakan pihaknya menempatkan sekelompok pelaku ekonomi kreatif berlatar belakang profesi dari berbagai sub sektor desain untuk menghasilkan sebuah konsep utuh terkait peningkatan daya saing usaha tersebut. (*)