Bumi Sikerei Kemas Wisata Bahari

id Bumi, Sikerei, Kemas, Wisata, Bahari

Pesona alam bahari di Kepulauan Mentawai sudah tersohor hingga mancanegara. Apalagi deru dan gulungan ombak nan indah, sehingga berada diurutan dua terbaik di dunia. Gulungan ombak pantai bumi Sikerei, selama ini menjadi magnic menarik wisatawan mancanegara.

Pelancong itu datang dari berbagai negara untuk berselancar menggitari berbagai jenis ombak. Ada yang menyelam serta berjemur di pasir putih pantai laut yang berhadapan dengan Samudera Hindia tersebut. Dua titik ombak di Mentawai yang menarik perhatian wisatawan adalah Lances Right dan Macaronies yang termasuk 10 titik ombak terbaik di dunia.

Pesona bahari bukan hanya itu, bila menelusuri sisi pantai pulau-pulau kecil di wilayah terdepan, maka mata kita akan dimanjakan dengan hijaunya pepohonan mangrove.

Berdasarkan data Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai sedikitnya 73 lokasi selancar, dengan 49 titik yang masuk kategori eksklusif. Ada lagi sekitar 33 lokasi menyelam, dan 38 lokasi pemancingan favorit. Spot memancing dan menyelam yang dapat menjadi pelengkap wisata bahari di daerah bagian barat pesisir pantai Sumatra itu.

"Ya, Kepulauan Mentawai setidaknya ada tiga potensi obyek wisata bahari yang dapat ditonjolkan adalah ombok yang terbaik nomor dua di dunia untuk surfing. Berikut wisata menyelam dan memancing," kata Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kepulauan Mentawai Desti Seminora beberapa waktu ketika ditemui di kantornya.

Potensi spot memancing dan menyelam itu, kini sedang menjadi titik fokus pengembangan oleh pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai. Selama ini belum tergarap maksimal.

Desti mengatakan, spot-spot memancing yang ada cukup potensial untuk dikembangkan dalam mendukung pengembangan wisata daifing dan surfing di Kepulauan Mentawai.

Pengemasan potensi bahari yang ada, hendaknya jadi magnet wisatawan lokal dan nusantara, karena selama ini masih tergolong rendah berkunjung menikmati alam bahari Mentawai. Penyebabnya ada beberapa faktor yang selama masih jadi momok atau kesan yang kurang tepat.

Di antara faktor itu, Kepulauan Mentawai, merupakan salah satu kabupaten dari 19 kabupatan/kota di wilayah Sumatera Barat, berjarak dari tepi pantai Padang, sekitar 250 mil laut. Hal lain, juga faktor transportasi yang terbatas dan kini sudah ada layanan jasa transportasi massa yang disebut kapal cepat Mentawai Fast, artinya jarak tempuh bisa 3,5 jam rute Padang-Mentawai dengan kapasitas penumpang sekitar 150 orang.

Sebelumnya transportasi penumpang ada dua kapal disediakan instansi Angkutan Sungai Danau dan Penyebarangan (ASDP). Perjalanan dengan moda transportasi ini umumnya berangkat senja dari pantai Bungus Padang sampai di Kepulauan Mentawai pada paginya. Setidaknya perjalanan sekitar 10-12 jam.

Wisatawan nusantara hanya terbius momok yang mencemaskan karena jauh atau lama di perjalanan menempuh jalur laut. Kini momok itu terbantahkan sudah, pengunjung tidak mesti cemas lagi. Sudah bisa pergi pulang dalam waktu sehari. Berangkat pagi dan sampai senja lagi di tepi pantai Padang.

Sejalan dengan bertambah akses transportasi jalur laut tersebut, menjadi spirit bagi Pemeritah Kabupaten Mentawai mengembangkan potensi bahari dan kemaritiman secara fokus.

Bukti keseriusan, sudah diterbitkan tiga regulasi yang berkaitan dengan sektor pariwisata bahari dan kemaritiman, kata Kepala Dinas Pariwisata Kepulauan Mentawai Desti Seminora.

Produk hukum dilahirkan eksekutif bersama legislatif itu, Rencangan Peraturan Daerah (Raperda) tentang Kepariwisataan, Raperda tentang Pengelolaan Wisata Bari dan Ranperda tentang Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga.

"Kami buat rugalasi itu, agar dalam pengembangan sektor kemaritiman punya panduan dan rambu-rambu hukum yang jelas, sehingga tidak menjadi hambatan dalam pelaksanaannya," katanya.

Sebab, pengembangan sektor pariwisata ke depan tak tertutup kemungkinan adanya keinginan pihak ketiga atau investor. Makanya harus diatur sebaik mungkin. Tujuan pengembangan pariwisata agar punya kontribusi terhadap penerimaan asli daerah (PAD).

Justru itu, menurut dia, penting ada regulasi yang menjadi acuan sehingga pengelolaan berjalan sesuai harapan dan penerimaan dari sektor pariwisata legal.

Beragam Event

Dalam rangka memperkenalkan potensi wisata bahari, tentu perlu diselenggarakan event skala nasional dan internasional, sehingga semakin dikenal bagi para penghobi wisata selancar, menyelam dan memancing.

Pada 2016 dua event skala internasional dan nasional seperti Multilateral Naval Exercise Komodo atau MNEK 2016 menggelar latihan pemeriksaan kapal asing di laut perairan Kabupaten Kepulauan Mentawai. Sebelum melakukan simulasi pemeriksaan kapal asing, peserta MNEK 2016 melakukan latihan pencarian dan penyelamatan (SAR) menggunakan 17 replika manusia.

Dalam pelatihan itu di sektor Utara bermarkas di Kapal Perang KRI Makassar, tim Indonesia bergabung dengan tiga penyelam dari Angkatan Laut Korea Selatan.

MNEK 2016 diikuti 32 negara di antaranya sebanyak 19 negara mengirimkan kapal perang, sementara Republik Indonesia (RI) mengirimkan 13 kapal perang.

Event skala nasional lainnya seperti Festival Pesona Mentawai pada penghujung Maret 2016, yang mendatangkan pengunjung dari berbagai provinsi. Dalam festival tersebut, wisatawan dapat menyaksikan kehidupan keseharian di desa-desa Mentawai.

"Kita akan mengomunikasikan dengan kabupaten dan kota yang berada di daerah kawasan pesisir pantai Sumbar, seperti Pesisir Selatan, Padang dan Pariaman untuk pelaksanaan iven berskala internasional," kata Bupati Kepulauan Mentawai Yudas Sabbagalet beberapa waktu lalu.

Melalui sinergitas lintas daerah di kawasan pesisir barat Sumbar, menurut dia, tentu pengembangan obyek fising bahari menjadi icon tersendiri nantinya. Sejalan dengan pengembangan menyelam dan selancar yang sudah diketahui masyarakat luas.

Keragaman obyek-obyek wisata bahari yang dikembangkan sangat sejalan dengan program yang dikembangkan pemerintah pusat, dan diharapkan mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah provinsi dan lembaga/kementerian terkait nantinya.

Melayani pengunjung di empat pulau besar sudah ada penginapan dan di pulau-pulau kecil sebagian sudah ada resort yang dibangun. "Kita berupaya bagaimana masyarakat lama menginap di Mentawai, sehingga terjadi perputaran uang, maka keragaman obyek wisata bahari menjadi prioritas pengembangan ke depan," ujarnya.

Berbasis Masyarakat

Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai mengembangkan konsep pariwisata berbasis masyarakat dan ramah lingkungan sehingga memberi manfaat dan bisa berkesinambungan.

Melibatkan langsung masyarakat dalam pengembangan sektor pariwisata sehingga merasa memiliki. Pariwisata maju, masyarakat merasakan dan lingkungan tetap lestari, kata Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kepulaua Mentawai Desti Seminora di Tuapejat, beberapa waktu lalu seperti disiarkan portal.antarasumbar.com.

Hal ini juga seiring dengan dukungan masyarakat di Kepulauan Mentawai semakin meningkat dalam pengembangan sektor pariwisata. Bahkan sudah melihat potensi yang ada sebagai sumber pergerakan ekonomi.

"Kami juga sudah melakukan pembinaan generasi muda Mentawai secara berkelompok, ada yang menyelam dan selancar serta pemandu di sektor wisata bahari. Ke depan dengan adanya skill dimiliki para pemuda bisa menentukan pilihannya masing-masing, termasuk menjadi intepreniur disektor pariwisata," katanya.

Pemberdayaan masyarakat, khususnya kalangan generasi muda sudah berlangsung sejak 2010. Sikap sadar wisata makin meningkat sehingga respon cukup positif. "Masyarakat Mentawai senang dengan didatangkan orang lain, artinya pengembangan sektor pariwisata sangat di dukung," ujarnya.

Bahkan, ditargetkan pada 2016 sampai 2017 sudah ada 10 desa wisata yang terbentuk dan tersebar diseluruh Kepulauan Mentawai.

Ia menjelaskan, membentuk desa wisata di daerah tersebut merupakan upaya pemerintah untuk melibatkan masyarakat untuk mendukung pertumbuhan dan tingkat kunjungan wisatawan ke Mentawai.

Selain itu, desa wisata nantinya akan memberikan dampak positif terhadap peningkatan ekonomi masyarakat setempat dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya alam masing-masing desa tersebut.

"Keterlibatan masyarakat dalam desa wisata tentunya nanti akan mempengaruhi tatanan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja baru yang berhubungan dengan wisata," ujarnya.

Saat ini pihaknya sudah menurunkan tim yang akan melakukan pendampingan terhadap masyarakat dan memberikan pemahaman tentang desa wisata yang akan dibentuk tersebut. Dari kajian dan survei yang dilakukan, masyarakat Mentawai sangat antusias ikut terlibat dalam pembentukan desa wisata itu.

"Sekarang sudah ada 20 orang penggerak desa wisata di Pulau Sipora, hal ini membuktikan minat masyarakat terhadap desa wisata tersebut," katanya.

Generasi muda bumi Sikerei mulai memahami potensi dan peluang perubahan masa depan yang di miliki daerahnya. Bumi Sikerei sebutan khas Kepuluan Mentawai bisa menjadi daerah tujuan unggulan di pantai barat. Menanti harapan ini kapan terwujud?