Polisi dan Gendarmerie Bentrok di Bandar Udara Istanbul

id Bandar Udara Istanbul

Istanbul, (Antara Sumbar) - Bentrokan terjadi pada Ahad (17/7) antara polisi Turki dan gendarmerir di Bandar Udara Sabiha Gokcen di Istanbul, demikian laporan media Turki.

Menurut harian Milliyet, bentrokan meletus ketika polisi berusaha menahan komandan gendarmerie sehubungan dengan upaya kudeta oleh sebagian personel militer pada Jumat malam.

Unit gendarmerir, yang bertugas menjaga keamanan terminal internasional bandar udara tersebut, memiliki 50 sampai 60 anggota, kata laporan itu.

Akibat bentrokan tersebut, pihak berwenang memerintahkan penahanan semua staf gendarmerir, kata Milliyet, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Senin pagi.

CNNTurk melaporkan bentrokan berakhir dengan penahanan komandan gendarmerie oleh polisi.

Managemen bandar udara "mentweet","Tak ada masalah di terminal kami, penerbangan berlanjut."

Sebanyak 3.000 prajurit dan pejabat Turki telah ditahan berkaitan dengan kudeta gagal tersebut, yang menewaskan tak kurang dari 161 orang.

Pihak berwenang Turki pada Sabtu juga memerintahkan penangkapan 2.745 hakim dan jaksa terkait upaya kudeta oleh militer pada Jumat (15/7), kata NTV.

Sementara itu, pemerintah sedang melancarkan tindakan keras terhadap orang yang dicurigai sebagai pengikut Fethullah Gulen, ulama yang bermukim di Amerika Serikat.

Presiden Recep Tayyip Erdogan mengatakan para pengikut Gulen adalah pihak yang berada di balik upaya kudeta pada Jumat malam dengan tujuan untuk mendepaknya dari kursi kepemimpinan.

Erdogan mengatakan bahwa tokoh itu, yang mengasingkan diri di Amerika Serikat, berupaya membangun sebuah "struktur paralel" di kalangan lembaga peradilan dan militer untuk menggulingkan pemerintahan.

Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan pada Sabtu ia telah menejelaskan dalam pembicaraan lewat telepon dengan timpalannya dari Amerika Serikat John Kerry bahwa para pengikut Gulen berada di belakang usaha kudeta gagal tersebut.

Tapi Cavusoglu tidak membahas langsung kemungkinan ekstradisi ulama itu.

Satu faksi dalam Angkatan Bersenjata, yang dipandang pemerintah setia kepada Gulen, berusaha merebut kekuasaan dengan menggunakan tank dan helikopter serang. Beberapa personel militer menyerang markas intelejen Turki dan parlemen Ankara, Ibu Kota Turki, dan yang lain menguasai sebuah jembatan utama di Istanbul. (*)