Narapida Perempuan Lapas Muaro Ikuti Pesantren Ramadhan

id Pesantren Ramadhan, Lapas, Muaro

Narapida Perempuan Lapas Muaro Ikuti Pesantren Ramadhan

Pimpinan Wilayah Aisyiyah Sumbar Meiliarni Rusli menyampaikan taushiyah kepada narapida perempuan Lapas Muaro (Ikhwan Wahyudi/Antarasumbar)

Padang, (Antara Sumbar) - Sebanyak 62 narapidana perempuan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) kelas II A Padang, Sumatera Barat mengikuti Pesantren Ramadhan yang diselenggarakan pihak Lapas bekerja sama dengan Pimpinan Wilayah Aisyiyah Sumbar.

"Pesantren Ramadhan merupakan program pembinaan bagi narapidana perempuan yang diisi dengan beragam kegiatan keagamaan, kata Kepala Lapas kelas II A Muara, Destri Syam di Padang, Kamis.

Menurutnya jumlah narapidana perempuan 62 orang atau dibawah 10 persen dibandingkan narapidana pria yang sebagian besar didominasi oleh kasus narkoba.

"Melalui penyampaian taushiyah oleh ustazah dari Aisyiyah Sumbar diharapkan menjadi motivasi untuk memperbaiki diri dan bekal setelah keluar dari penjara," tambahnya.

Sementara Kasi Bimbingan Narapidana dan Anak Didik Lapas Muara Darwan mengatakan kegiatan pesantren ramadhan juga dibimbing oleh narapidana perempuan yang sudah senior.

Ia menilai kegiatan ini cukup efektif untuk membimbing narapidana karena selama ini saat di luar mereka jarang mendapatkan sentuhan nilai-nilai agama.

"Ada yang selama ini tidak tahu mana yang dilarang agama, setelah diberikan nasihat akhirnya menyadari apa yang boleh dan tidak boleh," ujarnya.

Sementara Ketua Pimpinan Wilayah Aisyiyah Sumbar, Meiliarni Rusli dalam ceramahnya menekankan semua orang pasti punya kesalahan namun selalu ada kesempatan untuk memperbaiki diri dengan bertaubat.

"Intinya menyesali perbuatan yang telah dilakukan, berjanji tidak akan mengulangi dan lebih banyak berbuat baik," lanjutnya.

Ia melihat lebih banyak perempuan yang menjadi narapidana adalah korban dari ketidaktahuan sehingga terjerumus berbuat salah.

Ia menambahkan untuk mencegah agar perempuan tidak menjadi pelaku kejahatan perlu diperkuat sendi keluarga sehingga seseorang terpelihara dari perilaku buruk.

Salah seorang narapidana perempuan, Idriani mengaku beruntung mengikuti pesantren ramadhan karena banyak pengetahuan agama yang diperoleh.

Ini pengalaman baru, akhirnya saya menyadari dan bisa menerima kenyataan kenapa harus di sini dan akan terus memperbaiki diri, ujar dia yang merupakan terpidana korupsi. (*)